Lebak (Antara News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak meningkatkan kewaspadaan banjir dan longsor menyusul tingginya curah hujan di daerah itu.

"Kami mempersiapkan petugas kebencanaan dan relawan tangguh guna melayani masyarakat selama 24 jam," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi di Lebak, Kamis.

Peningkatan kewaspadaan  itu untuk mengurangi resiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan materi cukup besar.

Selama ini, wilayah Kabupaten Lebak dipetakan sebagai daerah langganan banjir dan longsor karena terbanyak daerah aliran sungai di Provinsi Banten juga tofografi perbukitan serta pegunungan.

Disamping itu juga Kabupaten Lebak merupakan daerah hulu sungai yang menampung air hujan dari kawasan hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) juga hutan lindung dan hutan adat Baduy.

Apabila, curah hujan tinggi tentu berpeluang sejumlah sungai meluap dan menimbulkan banjir dan longsor.

"Kami minta petugas kebencanaan dan relawan tangguh siaga di Pos Utama yang dipusatkan di BPBD setempat," katanya.

Menurut Kaprawi, berdasarkan laporan BMKG Banten diperkirakan sepekan ke depan curah hujan cenderung meningkat dan berpeluang sejumlah bantaran aliran sungai utama meluap.

Saat ini, sungai utama di Kabupaten Lebak terdapat 17 sungai diantaranya Ciberang, Ciujung, Cisimeut, Cicinta, Cilemer, Cilangkahan, Cimadur, dan Cidurian.

Potensi sungai utama itu menimbulkan banjir dan longsor di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, Cileles, Warunggunung, Cikulur, Gunungkencana, Kalanganyar, Cimarga, Banjarsari, Wanasalam, Malingping, Bayah, dan Curugbitung.

Karena itu, pihaknya meminta warga yang tinggal di daerah rawan bencana alam agar meningkatkan kewaspadaan sehubungan meningkatnya curah hujan.

Peluang hujan berlangsung pagi, siang, sore, malam dan dinihari dengan kapasitas ringan,sedang dan lebat.

"Kami yakin dengan meningkatkan kewaspadaan itu, tentu dapat mengurangi resiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," katanya menjelaskan.

Kaprawi mengatakan, pihaknya juga menyiapkan peralatan evakuasi agar para korban bencana alam dapat dilakukan penyelamatan.

Peralatan evakuasi itu antara lain tenda pengungsian, perahu karet, kapal motor, mesin sedot, tambang, senter, gergaji mesin, ambulans dan kendaraan operasional juga mobil dapur umum.

Selain itu juga pihaknya menyiapkan stok logistik antara lain beras, mie instan, sarden, air kemasan, makanan siap saji, susu dan obat-obatan.

Disamping itu juga peralatan dapur, selimut dan pakaian bekas layak pakai.

"Persediaan logistik ini guna menangani pascabencana alam agar masyarakat tidak kelaparan maupun serangan penyakit menular," katanya.

Penanganan masalah kebencanaan, pihaknya juga melibatkan koordinasi dengan instansi lain, seperti TNI, Polri, PLN, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Bina Marga, Basarnas, PMI, BNPB dan relawan.

Koordinasi itu, kata Kaprawi dinilai sangat efektif pascabencana alam ditangani dengan baik untuk mengurangi resiko kebencanaan tersebut.

"Kami hari ini curah hujan meningkat sejak subuh hingga pukul 08.00 WIB masih menguyur wilayah Lebak," kata Kaprawi.

Pantauan, sejumlah permukiman di Kecamatan Rangkasbitung memberlakukan piket selama 24 jam karena wilayahnya masuk daerah bantaran Sungai Ciujung, Ciberang dan Cisimeut.

Biasanya, daerah tersebut terkena luapan air sungai sehingga menimbulkan banjir dan longsor.

"Kami sudah dua hari ini berjaga-jaga karena khawatir musim hujan itu menimbulkan kebanjiran," kata Enjat (50) warga Rangkasbitung yang rumahnya hanya tiga meter dari bibir Sungai Ciujung.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016