Lebak (Antara News) - Ekonomi masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak hingga kini tidak mengalami krisis juga ancamanan kelaparan karena pola hidup yang sederhana dan efisien.

"Kami memberikan apresiasi terhadap komunitas Suku Baduy yang berpenduduk 11.600 jiwa itu memiliki pola tersendiri dalam membangun ekonomi keluarga," kata  Humas Wadah Musyawarah Masyarakat Baduy (Wammby) Tono Soemarsono di Lebak, Kamis.

Kehidupan masyarakat Baduy cukup sederhana dan penggunaan uang dari hasil produk kerajinan dan pertanian digunakan dengan sebaik-baiknya.

Masyarakat Baduy lebih mengirit dan tidak membeli hal-hal lain, namun mereka gunakan uang tersebut dijadikan investasi dan tabungan, seperti membeli tanah dan perhiasan emas.

Permukiman kawasan Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar dilarang memiliki rumah permanen juga elektronika dan kendaraan.

Larangan itu, kata dia, berdasarkan adat mereka dari nenek moyangnya yang harus dipatuhi oleh masyarakat Baduy.

Selama ini, pertumbuhan ekonomi masyarakat Baduy menggeliat dengan berkembangnya pelaku ekonomi kreatif melalui kerajinan tenun, aneka souvenir, golok, gula aren, batik, madu hutan dan tas koja.

Produk kerajinan Baduy kini sudah dikenal masyarakat luas, bahkan wisatawan domestik dan mancanegara  melirik produk kerajinan Baduy.

Pemerintah daerah terus mempromosikan produk kerajinan masyarakat Baduy ke luar daerah melalui promosi maupun pameran juga even-even lainnya.

Kelebihan kerajinan Baduy memiliki nilai jual juga nilai seni karena produknya cukup alami, seperti tenun yang memiliki 17 corak dan warna yang berbeda dengan tenun lainnya di Tanah Air.

Selain itu juga tas koja yang terbuat dari pohon "teureup" yang ada di kawasan hutan hak ulayat masyarakat Baduy.

Saat ini, pelaku kerajinan masyarakat Baduy tumbuh dan berkembang sehingga memberikan pendapatan ekonomi cukup bagus.

Bahkan, masyarakat Baduy banyak juga memiliki tanah cukup luas di luar kawasan hak ulayat adat untuk dijadikan penghasilan bercocoktanam.

Selain itu juga warga Baduy banyak ditemukan menggunakan perhiasan emas karena  perhiasan itu dijadikan simpanan dan tabungan.

"Saya kira kehidupan masyarakat Baduy patut dijadikan contoh masyarakat," katanya menjelaskan.

Menurut Tono, selama ini pertanian ladang yang dikembangkan masyarakat Baduy dapat menyumbangkan pendapatan ekonomi cukup besar, seperti komoditas padi huma, durian, koranji, pisang, petai dan jengkol.

Bahkan, jika musim panen buah durian dan koranji dipastikan ratusan juta uang beredar di kawasan masyarakat Baduy.

Namun, masyarakat Baduy untuk komoditas padi huma tidak dijual karena sebagai pertahanan pangan keluarga.

Mereka hasil panen huma itu dengan menyimpan gabah di rumah-rumah pangan atau "leuit" yang ada di sekitar belakang rumah.

"Kami sampai saat ini belum menerima laporan warga Baduy kelaparan pangan," katanya menjelaskan.

Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Restu mengatakan pihaknya terus mendorong usaha kerajinan Baduy dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pemerintah daerah mempromosikan dan memperkenalkan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan, termasuk pameran Produk Lebak itu.

Saat ini, katanya, UKM yang dilakukan warga Baduy cukup berkembang dan menyerap tenaga kerja lokal.

"Kami terus membina produk Baduy agar berkembang juga dapat meningkatkan ekonomi," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016