Jakarta (Antara News) - Pendiri perusahaan jamu Nyonya Meneer atau Lauw Ping Nio (1895 - 1978) mendapat gelar kehormatan budaya dari pemerintah atas jasa-jasanya mengembangkan jamu tradisional Indonesia dari tanaman asli Indonesia.

"Kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah yang masih memikirkan ibu kami sebagai pahlawan budaya," kata Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang di Jakarta, Jumat.

Gelar kehormatan budaya tersebut diserahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy di Taman Ismail Marzuki Jakarta kepada sejumlah tokoh yang telah memberikan jasa yang besar dalam pengembangan budaya di Indonesia.

Charles yang merupakan generasi ketiga keluarga Nyonya Meneer mengatakan tradisi budaya jamu tradisional akan terus ditingkatkan kualitasnya serta terus dilanjutkan generasi berikut anak, cucu, dan seterusnya.

Salah satu upaya melestarikan jamu tradisional diantaranya dengan dibangunnya museum jamu dan taman jamu di Jawa Tengah yang menjadi program sosial perusahaan (CSR), jelas Charles.

Charles juga menyatakan komitmennya untuk tidak berhenti dalam upaya melestarikan jamu tradisional yang telah diwariskan pendahulunya.

"Penghargaan ini justru menjadi inspirasi bagi generasi penerus anak dan cucu untuk melanjutkan melestarikan budaya jamu tradisional," ujar Charles.

Charles mengatakan kecenderungan saat ini budaya minum jamu di kalangan masyarakat modern sudah mulai memudar seiring dengan perkembangan teknologi pengobatan, padahal potensi jamu juga tidak kalah dengan obat modern yang banyak dijajakan saat ini.

"Justru memelihara tubuh agar tetap bugar dan sehat serta awet muda justru berasal dari perawatan jamu yang sudah turun temurun dari nenek moyang," ungkap Charles.

Terkait hal itu jelas Charles, Nyonya Meneer terus melakukan berbagai terobosan dan inovasi untuk melestarikan industri jamu nasional diantaranya melalui kemasan kapsul yang praktis sehingga konsumen tinggal minum saja.

"Kami punya kekuatan untuk memasuk 15 sampai 20 juta kapsul jamu ke berbagai negara asing di dunia," ungkap Charles.

Dia berharap pengembangan jamu nasional mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan, selain dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

"Kalau regulasi dari Kementerian Kesehatan dapat memberikan dukungan kepada industri jamu maka usaha ini akan semakin berkembang, serta yang akan diuntungkan para petani," ujar dia.

Charles mengatakan dengan dukungan regulasi maka potensi yang dapat diraih sekitar Rp27 triliun atau sekitar Rp5 sampai Rp10 triliun dari capaian saat ini.

Charles mengatakan saat ini kehidupan petani empon-empon atau petani pemasok bahan baku jamu nasibnya masih jauh dari memprihatinkan mereka membutuhkan alat pengering agar harga jualnya lebih baik.

Selama ini harga jual ditingkat petani masih berada ditangan pengepul mereka menjual dengan harga sangat rendah karena masih dalam kondisi basah, jelas Charles.

Charles mengatakan perlunya kerja sama perbankan serta industri untuk membantu petani empon-empon tersebut, terkait itu dirinya sudah mendesak Gabungan Pengusaha Jamu untuk mewujudkan rencana pengadaan mesin pengering di sentra-sentra tanaman jamu.

Pewarta: Bayu Prasetyo

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016