Jakarta (Antara News) - Chief Marketing Officer (CMO) PT Lippo Cikarang Tbk Stanley Ang mengatakan, kehadiran Automated People Mover (APM) sebagai angkutan masal cepat di Cikarang kabupaten Bekasi sudah sangat mendesak seiring pesatnya pertumbuhan di kawasan tersebut.

"Saat ini di Cikarang terdapat tujuh kawasan industri yang di dalamnya terdapat 4.097 perusahaan, sebanyak 3.000 didalamnya merupakan perusahaan multi nasional sehingga ke depan perlu solusi untuk mengurangi kepadatan di kawasan tersebut," kata Stanley dalam diskusi mengenai APM di Jakarta, Selasa.

Menurut Stanley kriteria dalam memilih produk properti kini sudah bergeser, pembeli bukan lagi sekedar melihat lokasi saja sebagai bahan pertimbangan, namun yang lebih penting lagi bagaimana menjangkaunya (aksesibilitas).

Stanley mengatakan Lippo sebagai salah satu pengembang di Cikarang memiliki dua pemikiran untuk memecahkan transportasi di kawasan tersebut. Pertama sistem yang menghubungkan antar kawasan, serta kedua menghubungkan dengan simpul-simpul angkutan umum lainnya yang menghubungkan Cikarang dengan Jakarta dan kota-kota lainnya.

Saat ini lalu lintas di Cikarang dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen sudah  padat, apalagi dengan pertumbuhan ekonomi ke depannya yang diperkirakan mencapai 7 persen. Kondisi ini membuat kehadiran APM menjadi sesuatu solusi, jelas Stanley.

Stanley mengatakan kehadiran APM akan memudahkan warga Cikarang menjangkau infrastruktur yang akan dikembangkan pemerintah di kawasan tersebut yakni pelabuhan laut dalam Patimban dan lapangan udara internasional Kertajati, juga menghubungkan dengan LRT Cawang - Bekasi - Cikarang yang saat ini tengah dalam tahap konstruksi.

Lebih jauh Direktur Perencanaan dan Pengembangan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Suharto yang juga hadir dalam diskusi tersebut mengatakan, sebagai badan yang dibentuk pemerintah salah satu indikator keberhasilannya adalah membangun transportasi umum yang hanya membutuhkan waktu 1,5 jam untuk menghubungkan ujung-ujung Bodetabek dengan ujung Jakarta.

Dia mengatakan untuk mengatasi persoalan lalulintas maka kepala-kepala daerah di Jabodetabek yang ingin mengembangkan sistem transportasi umum harus melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan BPTJ agar terintegrasi dengan sistem yang sudah tersedia.

Suharto mengatakan BPTJ mentargetkan pada tahun 2024 50 persen penduduk di Jabodetabek beralih dari kendaraan pribadi kepada angkutan umum, sedangkan pada tahun 2029 diharapkan jumlahnya meningkat menjadi 60 persen penduduk yang beralih kepada angkutan umum.

Lebih jauh Suharto mengungkapkan, saat ini tol Jakarta - Cikampek sudah demikian padat dari kedua arah serta tidak mungkin dilakukan countra flow. Terkait hal itu, BPTJ bersama pemerintah tengah mengembangkan transportasi umum cepat  LRT Cawang - Bekasi - Cikarang dan penambahan  dua rel ganda (dobel-dobel track).

Menurut dia apabila sebagian besar masyarakat dapat beralih ke moda transportasi umum maka akan mempermudah lalu lintas barang. Setidaknya angkutan barang dari kawasan industri di Cikarang yang semula hanya dua rit dapat ditingkatkan menjadi lima rit sehingga ekonomi di kawasan tersebut akan lebih cepat tumbuh.

Lebih jauh Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit mengatakan untuk membangun sistem transportasi yang murah dan nyaman sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi memang membutuhkan intervensi dari pemerintah agar tarif tetap dapat terjangkau.

BPTJ, menurut Danang, juga memiliki standar pelayanan minimal bagi angkutan umum yang beroperasi di Jabodetabek untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi penggunanya, termasuk juga ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan.

Danang mengatakan meskipun belum ada studi kelayakan untuk APM sebagai sistem transportasi kawasan, mengingat investasinya tidak sedikit maka agar tarifnya tetap dapat terjangkau diharapkan PT Lippo Cikarang dapat melakukan sinergi dengan pengembang lain di kawasan tersebut.

Sedangkan peneliti dari Asosiasi Perencanaan Transportasi Jepang, Yoshio Hiro memberikan contoh APM yang telah dioperasikan di Jepang yang menghubungkan Yokohama dengan Tokyo sepanjang 40 kilometer serta memberikan pelayanan kepada 6 juta masyarakat setiap harinya.

Dia memperkirakan membutuhkan biaya 500 juta dolar AS untuk membangun APM di Cikarang, untuk studi kelayakan sudah ada dukungan dari JICA mengingat sebagian besar industri di Cikarang berasal dari Jepang.

Yoshio juga memastikan pengoperasian APM lebih efisien selain tidak membutuhkan masinis karena seluruhnya dikendalikan secara otomatis, juga tidak membutuhkan lahan yang luas karena menggunakan ban karet sehingga sudut belok bisa lebih kecil.

Stanley berharap pembangunan jaringan APM dapat direalisasikan tahun 2020 seiring dengan beroperasinya sistem transportasi umum yang tengah dibangun pemerintah di Cikarang.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016