Seorang pemuda di Lingkungan Masigit, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, bernama Imam Wahyudi sukses melakukan budidaya bawang merah. Ditemui di lokasi pertanian miliknya, pada Rabu (5/7), Imam bercerita tentang awal mula ketertarikannya memilih budidaya bawang merah.

Iya yang memulai usaha budidaya bawang merah pada 2019 lalu, tidak pernah terpikirkan akan bisa meraup untung besar hingga puluhan juta rupiah. Padahal budidaya bawang merah yang kini menjadi usahanya hampir lima tahun terakhir, hanya sekedar sampingan saja.

Saat itu, Imam yang sehari-hari bekerja di sebuah pabrik gudang kimia di Kota Cilegon bermula karena tergiur pangsa pasar terhadap permintaan bawang merah di Kota Cilegon yang selama ini didatangkan dari luar daerah. Padahal saat itu, harga bawang tembus hingga di atas Rp60 ribu per kilogramnya.

Dari situlah, dengan memberdayakan warga sekitar sebagai buruh tani, ia kemudian memutuskan untuk mengolah lahan miliknya untuk dimanfaatkan sebagai lahan holtikultura yang salah satunya adalah jenis tanaman bawang merah.

Selain itu, bawang merah menjadi komoditas tanaman yang dipilihnya, karena bawang merah memiliki produktivitas yang tinggi.

"Jadi awalnya itu karena melihat potensi pangsa pasar di Cilegon yang ternyata bawang itu didatangkan dari luar dari Brebes, dari Lampung. Sementara kalau harga tinggi kan di Cilegon jadi lebih tinggi lagi. Makanya saya coba tanam bawang merah. Selain itu, kenapa bawan bawang juga kan produktivitas nya 10 kali lipat lebih tinggi. Kita tanam 200 Kg itu hasilnya bisa 2 ton bawang merah hanya dalam 55 hari sejak masa tanam," kata Imam.

Bisnis dari budidaya bawang merah semakin lama dirasakan semakin menjanjikan, karena di masa panen sekarang ini bawang yang harganya Rp40 ribu per kilogram dipasaran, bisa ia jual kepada agen atau distributor di pasar Kranggot, Kota Cilegon, hingga Rp30 ribu perkilogram nya. Sehingga dalam sekali panen dari hasil tanam 200 Kg bawang merah di atas lahan 2.000 meter persegi, ia sudah bisa mengantongi Rp60 juta rupiah. Dengan keuntungan bersih diangka 50 persennya setelah dikurangi biaya modal benih dan upah selama masa tanam.

"Kalau keuntungannya itu bersih 50 persen dari hasil yang kita dapat, setelah dikurangi biaya modal tanam," jelas Imam. 

Sementara itu, mengantisipasi terjadinya kerugian akibat harga anjlok, ia harus memperhatikan waktu tanam agar tidak berbarengan dengan wilayah sentra penghasil bawang merah yang selama ini mensuplai bawang ke Kota Cilegon.

Sedangkan untuk mengurangi risiko kegagalan akibat hama dan lainnya, Imam didampingi petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Cilegon juga berkelompok dengan kelompok tani sekitar untuk bisa bertukar pengalaman dalam rangka meminimalkan potensi gagal panen.

"Nah kalau untuk jenis tanaman apa yang akan ditanam kita serahkan sepenuhnya kepada petani. Kami dari DKPP hanya melakukan pendampingan, pembinaan teknis penanaman dan mengarahkan agar berkelompok, supaya petani bisa saling tukar pikiran dan pengalamannya terkait kendala yang dihadapi untuk mencari solusinya," jelas Suharyadi petugas PPL DKPP Kota Cilegon.

 

Pewarta: Susmiatun Hayati

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023