Jakarta (Antara News) - PT East West Seed Indonesia (Ewindo), produsen benih sayuran hibrida berencana mengembangkan benih kentang berkualitas menggunakan teknologi tinggi untuk menghasilkan tanaman yang tahan terhadap penyakit dan hasil lebih banyak.

"Kendala budidaya kentang yang dihadapi petani selama ini adalah ketersediaan benih berkualitas. Dengan pemanfaatan teknologi tinggi, riset, dan pengembangan diharakan menghasilkan benih yang dapat membantu petani," kata Presiden Direktur Ewindo, Glenn Pardede saat dihubungi, Senin.

Glenn berharap melalui beni kentang berkualitas ini diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas petani hingga mencapai 25 ton per hektar atau dua kali lipat rata-rata produktivitas petani kentang saat ini.

Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan benih berkualitas mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil, jelas Glenn.

Glenn mengatakan  kebutuhan bibit kentang nasional saat ini mencapai 300.000 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp3 triliun.

Kebutuhan tersebut sebagian besar masih disuplai benih dengan kualitas rendah. Hal ini menyebabkan produktivitas petani kentang di Indonesia masih rendah hanya 10-15 ton per hektar, kebutuhan benih kentang sebagian besar masih impor.Sementara, bila dibandingkan dengan negara lain seperti China produktivitas bisa mencapai 40 ton per hektar bahkan di Eropa bisa mencapai 50 ton per hektar.

Terkait hal tersebut, Glenn mengatakan Ewindo telah berkerjasama dengan Enza Saden, perusahaan Belanda berbasis teknologi yang bergerak dibidang riset benih sayuran hibrida untuk  mengembangkan beni kentang berkualitas.

Kerja sama juga dilakukan dengan Salim Group dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani kentang. Hal ini dikarenakan Salim Group merupakan pemain utama di industri makanan dengan kegiatan operasional yang mencakup pembuatan makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga produk untuk konsumen yang tersedia di pasar, jelas Glenn.

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Salim Group) Paulus Moleonoto mengatakan melalui kerja sama ini diharapkan dapat memberdayakan petani dengan teknologi yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi dan pasar yang stabil.

Sebagai tahap awal, investasi yang disiapkan untuk kerjasama antara Ewindo dan Salim Group ini sebesar 10 juta dolar AS.

Sebagai alternatif sumber pangan, tingkat konsumsi kentang di Indonesia saat ini masih rendah yakni 4,76 kg/kapita per tahun, jauh tertinggal bila dibandingkan negara lain seperti China sebesar 10 kg/kapita per tahun, Jepang 17 kg/kapita, Amerika 64 kg/kapita, Perancis sebesar 73 kg/kapita dan Inggris mencapai 109 kg/kapita. Pada tahun 2021, pemerintah Indonesia menargetkan konsumsi kentang meningkat menjadi 10 kg/kapita per tahun.

"Dengan membaiknya produktivitas petani kentang diharapkan harga kentang segar menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat dan pada nantinya akan menjadi alternatif sumber pangan nasional Indonesia yang lebih baik," kata Glenn.

Dokumen kerja sama Ewindo dan Salim Group sendiri ditandatangani dalam Forum Bisnis di Belanda Jumat (22/4) dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Kepala BKPM Franky Sibarani beserta perwakilan delegasi RI lainnya, kata Gleen.

Glenn mengatakan dalam Forum Bisnis tersebut terdapat empat kesepakatan dengan nilai keseluruhan  606 Juta dolar AS.

Mengutip data BKPM, Glenn mengatakan periode 2010-2015 realisasi investasi dari Belanda mencapai Rp70 triliun atau berada di peringkat keenam daftar peringkat realisasi investasi per negara. Nilai realisasi Belanda tersebut diatas Inggris yang berada di posisi 16 dengan nilai realisasi mencapai Rp31 triliun.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016