Narablog di dunia orang tua (parenting), Shafira Adlina mengatakan penting bagi orang tua membangun fondasi literasi digital pada anak pada saat ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi pada saat ini.

Menurut Shafira, literasi digital adalah sebuah kemampuan untuk memahami dan juga menggunakan informasi dari banyak sumber yang bisa diakses lewat komputer dan perangkat canggih lainnya. 

"Sangat penting di zaman sekarang dengan dukungan teknologi yang canggih untuk mengajarkan anak literasi digital," ucap Shafira dalam keterangan tertulis, Selasa.

Baca juga: Peluncuran SATRIA-1 tonggak pemerataan infrastruktur digital Indonesia

Bagi Shafira, literasi digital tidak hanya berkaitan dengan teknologi saja tapi juga kemauan untuk belajar, mampu berpikir kritis hingga kreatif dan juga inovatif di dunia digital. 

"Karena semua serba digital, tentu saja sangat penting juga mendukung teknologi dengan jaringan internet cepat Indihome dari Telkom Indonesia," ucap dia.

“Sebagai orang tua sudah sewajarnya berupaya supaya bisa meningkatkan kemampuan literasi digital pada anak," ucap Shafira.

Salah satunya menahan anak untuk menahan pandangan. Jadi tidak harus memberikannya gawai sejak bayi. Namun, mengajarkan anak jika penggunaan gawai ada waktunya dan memiliki batasan. 

Akses internet perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan. Prinsip yang harus ditekankan kepada anak-anak adalah mengajarkan mereka menahan pandangan, menjaga kemaluan. 

Sebab, jika otak anak rusak, kemaluannya tidak bisa dikendalikan. Jika orang tua tidak membicarakan hal tersebut, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap.

Lantas, kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah atau berkegiatan. Hal-hal kecil di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya. 

Dengan begitu, anak akan merasa didengarkan perasaannya. Bisa juga dengan bertanya tentang perasaan sang anak. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada orang tua tiap kali ia merasakan sesuatu.

Orang tua pun harus menyediakan alternatif lain ketika anak dibatasi dia pegang gadget. Tidak bisa kalau ibu atau ayahnya tidak di rumah. Contohnya ikuti les berenang, main basket, futsal, gitar atau apa yang disukai anak.

Menemani anak ketika berselancar di internet menjadi keharusan. Alasannya untuk meningkatkan sumber belajar dengan literasi digital itu sendiri juga perlu linear dengan pijakan orang tua kepadanya. Apalagi anak di bawah tujuh tahun yang belum sempurna perkembangan otaknya. Sudah selayaknya orang tua memang mendampingi dan mengawasi apa-apa saja yang diakses dan ditonton anak-anak.

“Saya sendiri suka sedih, jika menemukan anak-anak yang dibiarkan menonton youtube, shorts, tiktok atau video-video portrait lainnya secara bebas. Terbayang konten yang tidak sesuai value dan budaya ketimuran dapat terekam di mata dan pikiran anak di bawah umur,” jelas Shafira lagi.



 

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023