Lebak (Antara News) - Sepuluh besar penyakit yang menjalani perawatan inap di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, tertinggi penderita diabetes melitus.

"Kami mencatat sejak dua tahun terakhir ini ranking sepuluh jenis penyakit besar itu tertinggi adalah penyakit diabetes melitus," kata Kepala Bagian Humas RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, Budi Kuswandi di Rangkasbitung, Rabu.

Berdasarkan data RSUD Adjidarmo Rangkasbitung pada 2015 pasien sepuluh besar penyakit tertinggi diabates melitus tidak bergantung insulin 4.521 orang (2,76%), kedua migren dan syndrom nyeri kepala 3.435 orang (2,10 %), ketiga tuberkulosis paru lainnya 3.428 orang (2,09%) dan keempat gagal jantung 3.393 orang (2,07%).

Kelima hipertensi 2.848 (1,74%),keenam nyeri punggung bawah 2.720 orang (1,66%), ketujuh ,emfesima dan penyakit paru obstruktif kronik 2.583 (1,57%),kedelapan tuberkuosis alat napas 2.126 orang (1,29 %) dan kesembilan dispepsia .2105 orang (1,19 %).

"Semuanya jumlah penderita rawat inap sepuluh besar penyakit itu mencapai 29.121 orang (17,80%)," kata Budi.

Menurut dia, sebagian besar pasien sepuluh besar penyakit peserta BPJS baik mandiri, PBI yang dibantu oleh pemerintah maupun Non PBI, seperti ASN,TNI/Polri dan BUMN.

Selama ini, kinerja RSUD Adjidarmo Rangkasbitung terus meningkatkan pelayanan kesehatan agar masyarakat bisa terlayani dengan baik sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Selain itu juga menambah tenaga medis baik dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidang dan tenaga non medis.

Bahkan, tahun 2017 berencana adanya penambahan ruangan dengan membangun gedung yang refresentatif.

"Kami terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan agar pasien penderita sepuluh besar penyakit bisa sembuh sehingga bisa kembali beraktivitas," ujarnya.

Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah, menyatakan, selama ini, penderita diabetes melitus bisa menjadikan beban ekonomi keluarga karena biaya pengobatan cukup tinggi.

Penderita diabetes membutuhkan terapi seumur hidup, sehingga bisa menimbulkan kemiskinan dan keterpurukan kualitas manusia.

Sebab, lanjut dia, penderita kencing manis tersebut berdampak terhadap rendah produktivitasnya juga kematian.

Bahkan, anggota keluarga menjual rumah, perabotan rumah tangga hingga tanah guna membiayai pengobatan diabetes tersebut.

"Biaya pengobatan daibetes itu cukup mahal dan membebani ekonomi keluarga," katanya.

Saat ini, ujar dia, masyarakat Kabupaten Lebak yang teridentifikasi menderita diabetes melitus sekitar 5.000 orang.

Dari jumlah 5.000 orang itu berdasarkan penderita mengunjungi pengobatan rawat jalan di 42 Puskesmas.

Sebagian besar penderita sudah mengalami komplikasi syarat dan organ tubuh lainnya, seperti jantung, ginjal dan darah tinggi.

Sedangkan, sebagian lainya belum mengalami komplikasi sehingga bisa dikendalikan gula darahnya.

"Saya kira penyebaran diabetes di Lebak masih di bawah 10 persen dari jumlah penduduk 1,2 juta dan belum mengkhawatirkan," ujarnya menjelaskan.

Penyakit diabetes menyerang berbagai strata ekonomi masyarakat mulai petani, pedagang, TNI, Polri, pegawai aparatur sipil negara (ASN) dan lainnya. Namun, penyakit dari keturunan genetik itu menyumbangkan sekitar 40 persen.

Untuk menghindari serangan diabetes itu antara lain mengaktifkan olah raga dan minimal 30 menit selama lima hari dalam seminggu juga rajin melakukan pemeriksaan kadar gula ke Puskesmas.

Disamping itu juga makanan yang bergizi dan seimbang serta banyak istirahat untuk pencegahan penyakit diabetes melitus itu.

"Kami minta masyarakat yang menderita diabates agar meminum obat dengan teratur agar tidak mengalami komplikasi," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016