Tahukah kamu bahwa ternak dapat terinpeksi cacing? Bagaimana upaya menurunkan penyakit kecacingan ini, yuk simak penuturan drh. Noura Ahraeny agar masyarakat peternak mewaspadai penyakit tersebut.

Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan pengembangan suatu peternakan adalah penyakit hewan. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kerugian secara ekonomi karena dapat menurunkan produktivitas ternak, namun juga dapat mengakibatkan kematian.

Baca juga: Mudahkan masyarakat, Puskeswan Kota Tangerang sediakan layanan panggil ke rumah

Dampak negatif lain yang dapat muncul yakni menurunnya minat masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan. Salah satu penyakit yang banyak menyerang ternak adalah kecacingan.

Penanggungjawab Puskeswan Pembantu Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, Noura Ahraeny menuturkan, penyakit kecacingan atau helminthiasis adalah salah satu jenis penyakit ternak yang disebabkan oleh cacing, yaitu jenis cacing gilik atau nematoda, cacing pita atau cestoda dan cacing daun atau trematoda.

“Ternak yang terinfeksi meliputi domba, kambing, sapi, kerbau maupun babi,” tutur Noura Ahraeny, di Kantor Puskeswan Pandeglang.

Dokter hewan ini menjelaskan, gejala umum yang muncul pada ternak yang terinfeksi kecacingan adalah nafsu makan menurun, rambut kusam dan berdiri, diare, pertumbuhan terganggu, abortus, dan gangguan reproduksi, kaheksia (kurus), anemia ataupun khas udema di rongga perut ataupun di dagu.

“Investasi kecacingan yang tinggi di dalam tubuh hewan dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan diare ataupun konstipasi,” jelasnya.
Noura menambahkan, adapun pada infeksi cacing daun dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan apabila infeksinya bersifat akut dapat menyebabkan kematian pada ternak.

Menurutnya, beberapa jenis cacing juga dapat membentuk kista ataupun selubung pertahanan diri dan akan menetap dalam karkas ataupun otot dari hewan tersebut.
drh Noura Ahraeny melakukan pemberian obat cacing di salah satu kelompok ternak milik warga di wilayah kerja Puskeswan Pembantu Labuan (foto istimewa)


Dia menegaskan, hewan ternak dengan gejala kecacingan selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel feses. Adapun tindakan penanganannya juga harus diputuskan oleh dokter hewan. Sementara itu, penanganannya yaitu diberikan obat cacing.

“Pengobatan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat cacing atau anthelmentika sesuai dengan dosis yang diperlukan, sesuai dengan bobot badan. kemudian dapat dilakukan juga pemberian pakan yang tinggi nutrisi dan juga vitamin,” ungkapnya.

Adapun upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengembalaan menggunakan sistem rotasi atau berpindah-pindah untuk menghindari tempat yang tercemar telur cacing, menjaga kebersihan kandang, pemberantasan vektor larva cacing yaitu siput yang banyak di lingkungan. kemudian pengobatan dengan cara periodik dan teratur minimal 3 bulan sekali.

92,5 persen ternak terinfeksi kecacingan

Kepala UPT Puskeswan Pandeglang Ade Setiawan mengatakan, kecacingan merupakan penyakit yang banyak menyerang hampir semua hewan ternak. 

Untuk mengetahui bahwa hewan tersebut terinfeksi penyakit cacing, selain dilihat gejala klinisnya dapat dilakukan pemeriksaan tinjanya di laboratorium dengan menggunakan metode uji upung dan sedimentasi.

Dia mengungkapkan, pada tahun 2022 Puskeswan Pandeglang melakukan kegiatan pemeriksaan sampel feses yang diperiksa di UPTD Pelayanan dan Pengujian Veteriner (PPV) Dinas Pertanian Provinsi Banten.

“Pengambilan sampel dilakukan secara acak di 4 wilayah kerja Puskeswan Pandeglang yaitu Kecamatan Pandeglang, Kecamatan Menes, Kecamatan Labuan dan Kecamatan Cibaliung dengan mengambil sebanyak 40 sampel feses untuk diperiksa dengan metode uji apung dan sedimentasi,” ujar Kepala UPT Puskeswan Pandeglang Ade Setiawan Rabu (10/05/2023).

Dikatakan, berdasarkan hasil pengujian keseluruhan didapat hanya 3 sampel yang negative kecacingan (7,5 persen), sedangkan sampel dengan positif kecacingan sebanyak 37 sampel (92,5 persen).

 “Berdasarkan hasil uji laboratorium juga ditemukan penyakit nematodiasis sebanyak 24 sampel, fasciolosis 4 sampel dan penyakit paramphistomiasis 22 sampel.” kata Ade menambahkan.

Pewarta: Sambas

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023