Jakarta (Antara News) - Ahli dibidang konstruksi Helmy Darjanto mengatakan seharusnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA) sudah dapat menerapkan konstruksi sarang laba-laba (KSLL) untuk konstruksi jalan.

"Hasil riset kerja sama ITB dan Universitas Diponegoro konstruksi sarang laba-laba (KSLL) dapat diterapkan untuk jalan dengan berbagai kondisi tanah sehingga cocok untuk diterapkan di jalan Pantura Jawa," kata Helmy di Jakarta, Senin.

Helmy mengatakan riset yang dilaksanakan secara berkelanjutan menunjukkan konstruksi ini sangat cocok untuk jalan beton (rigid pavement) namun volume bahan yang digunakan dapat dihemat 11 sampai 12 persen dibanding dengan konstruksi yang kita kenal saat ini.

Penggunaan beton polymer ditambah konstruksi yang menggunakan sirip-sirip membuat sangat kuat dan rigid meskipun kendaraan bertonase besar melintas di atasnya serta meskipun harus melakukan pengereman mendadak sehingga ini seharusnya menjadi alternatif teknologi pembuatan jalan ke depannya, jelas Helmy.

Helmy mengatakan konstruksi ini sebelumnya juga telah diuji coba pada sebagian ruas jalan arteri Bojonegoro Jawa Timur dan kondisinya saat ini masih sangat bagus meskipun kendaraan yang melewati diatasnya rata-rata bertonase besar.

"Tinggal saat ini pemerintah mengeluarkan kebijakan agar teknologi ini dapat diaplikasikan untuk pembuatan jalan termasuk jalan tol. Apalagi kalau kita lihat kondisi jalan Pantura Jawa yang seringkali rusak seharusnya Kementerian PUPERA dapat memanfaatkannya," ujar dia.

Sebenarnya orang-orang di Kementerian PUPERA sudah mengetahui kalau KSLL sudah lolos uji riset skala penuh dari ITB dan Undip, yang dibutuhkan saat ini kemauan saja untuk melepaskan kebijakan tersebut agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai konstruksi jalan terutama di tanah-tanah yang ekstrim, jelas dia.

Helmy mengatakan memang untuk beberapa kondisi tanah membutuhkan perbaikan terlebih dulu untuk perkuatan namun hal itu berlaku untuk seluruh konstruksi jalan tidak hanya sarang laba-laba, itulah pentingnya kehadiran konsultan khusus dibidang tanah dalam pembangunan jalan.

Helmy menjelaskan sesuai hasil uji konstruksi sarang laba-laba di lapangan ternyata mampu membagi perbedaan berat di atasnya meskipun dilintasi kendaraan dengan MST 8 sampai bahkan 10 ton atau kecil mengalami displacement elastisitas.

Helmy mengatakan konstruksi sarang laba-laba telah diaplikasikan sebagai apron di Bandara Udara Juwata Tarakan seharusnya untuk dipergunakan sebagai konstruksi jalan tidak masalah apalagi pemerintah berencana membangun jalan tol di Sumatra yang tanahnya lebih ekstrim.

Konstruksi ini sudah banyak dipergunakan pada bangunan bertingkat di daerah-daerah gempa sehingga dengan perhitungan yang tepat ini akan menjadi solusi bagi pembangunan jalan di Indonesia ke depannya, jelas Helmy.

Sedangkan untuk jalan, konstruksi sarang laba-laba yang patennya dipegang PT Katama Suryabumi padi telah dipergunakan di atas lahan gambut di Dumai Provinsi Riau, serta di atas tanah lunak di Balai Bekuak Provinsi Kalimantan Barat.

Helmy mengatakan kalangan ahli juga sudah meyakinkan kepada pemerintah mengenai manfaat teknologi ini hanya saja kini berpulang kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPERA agar dapat mengeluarkan kebijakan ini pada ruas jalan tertentu.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015