Sejumlah nelayan tradisional pesisir selatan Lebak Provinsi Banten kembali tidak melaut akibat gelombang tinggi disertai angin kencang dan bisa menimbulkan kecelakaan di laut.
 
"Sebelumnya, cuaca selatan Banten normal dan nelayan melaut, namun kini menganggur menyusul cuaca buruk," kata Ujang, seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah Kabupaten Lebak dalam keterangannya di Lebak, Selasa.

Baca juga: Warga Kabupaten Lebak diminta waspada hujan lebat disertai angin kencang
 
Mereka nelayan tradisional pesisir Selatan Kabupaten Lebak sejak dua hari terakhir ini tidak melaut, karena ketinggian gelombang mencapai enam meter.
 
Selain itu juga disertai angin kencang dan curah hujan cukup tinggi, sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa nelayan.
 
Para nelayan tradisional menggunakan perahu kincang dan lebar 1,5 meter serta panjang 2,5 meter per segi dengan mesin motor tempel, sehingga tidak kuat jika gelombang di atas 2,5 meter.
 
"Kami tentu tidak berani menghadapi cuaca buruk itu, karena khawatir menjadi korban kecelakaan di laut," kata Ujang.
 
Begitu juga nelayan di TPI Tanjung Panto Lebak Sanukri mengatakan selama beberapa hari terakhir nelayan di sini tidak melaut karena gelombang tinggi yang melanda perairan Selatan Banten atau Samudera Hindia.
 
Diperkirakan tinggi gelombang mencapai enam meter disertai angin kencang dan curah hujan cukup tinggi.
 
Karena itu, nelayan di sini sekitar 130 orang memilih di rumah karena mereka tidak berani melaut guna menghindari kecelakaan laut.
 
"Kami sebetulnya sudah tiga pekan melaut karena cuaca normal, namun kini kembali memburuk," katanya menjelaskan.
 
Ia mengatakan, cuaca buruk yang melanda perairan Selatan Banten yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia cukup membahayakan bagi keselamatan nelayan.
 
Tiupan angin dari arah Barat disertai gelombang tinggi berkisar antara 4,5 meter sampai 6.0 meter, sehingga nelayan memilih menganggur.
 
Mereka nelayan jika dipaksakan melaut sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan laut juga tangkapan ikan tidak ada.
 
"Kani lebih baik tidak melaut dan dipastikan pendapatan tidak seimbang dengan biaya produksi," kata Sanukri.
 
Daud, seorang nelayan Panggarangan Lebak mengaku kini terpaksa beralih profesi menjadi penarik ojek motor untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
 
Profesi mengojek motor itu dilakukan jika cuaca selatan Banten memburuk dengan gelombang tinggi disertai angin kencang, sehingga nelayan tidak melaut.
 
Sebab, belum lama ini nelayan di sini menjadi korban kecelakaan laut setelah diterjang gelombang tinggi hingga perahunya terbalik dan menghilang hingga ditemukan tim SAR gabungan meninggal dunia.
 
"Kami sudah biasa jika cuaca buruk mengojek motor," ujarnya.
 
Sementara itu, Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Rizal Ardiansyah menyatakan sekitar 1.600 nelayan tradisional tersebar di 11 TPI tidak melaut akibat gelombang tinggi disertai angin kencang yang melanda perairan selatan Banten atau Samudera Hindia.
 
"Kami mengimbau nelayan tetap mematuhi petugas sehubungan cuaca buruk guna menghindari kecelakaan laut,"katanya menjelaskan.
 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023