Tangerang (Antara News) - Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang, Dadi Budaeri menegaskan kota cerdas bukan sekedar terkait teknolgi, tapi pada hakikatnya mengelola kehidupan di perkotaan secara aman, nyaman dan berkelanjutan.

"Jangan anggap kota cerdas itu cuma terkait teknologi, namun adanya keterlibatan masyarakat dalam membangun wilayah," katanya di Tangerang, Selasa.

Ia mengatakan, Kota Tangerang melalui program "Tangerang Live"  dianggap telah mampu membangun keterlibatan masyarakat didalam pengembangan daerah itu.

"Keterlibatan masyarakat tersebut bisa dilihat dari munculnya berbagai komunitas yang ingin ikut berkontribusi dalam memecahkan berbagai permasalahan kota," ujarnya.

Seperti Paguyuban Masyarakat Kenanga, Paguyuban Masyarakat Pabuaran Tumpeng, ada juga Bank Sampah di Kunciran.

Tangerang Live yang dikolaborasi melalui berbagai gerakan seperti gerakan Tangerang Bersih, Tangerang Berbenah, Tangerang Berkebun dan Tangerang Terang ataupun program lain merupakan bagian dari usaha pemkot untuk mengedukasi masyarakat agar lebih peduli terhadap kotanya.

"Mau secanggih apapun aplikasi yang kita punya kalau masyarakatnya apatis juga percuma," tuturnya.

Sekda juga menegaskan kalaupun ada anggapan bahwa konsep pembangunan kota cerdas terlalu berlebihan itu wajar saja.

"Tapi kalau mikirnya kota cerdas hanya persoalan membangun teknologi canggih, itu yang terlalu berlebihan. Teknologi itu menjadi bagian untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pelayanan kepada masyarakat, dan kita sedang menuju ke arah sana, dengan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terlebih dahulu," katanya.

Sebagai gambaran terkait usaha pemkot untuk memudahkan pelayanan publik, sampai saat ini pemkot Tangerang sudah memiliki 118 aplikasi online.

Beberapa diantara aplikasi online yang bermanfaat bagi efektifitas birokrasi itu yakni aplikasi perijinan, sistem informasi barang daerah, sistem informasi keuangan daerah, sistem informasi dan pelaporan pembangunan, sistem informasi akuntansi, layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) dan sistem informasi administrasi kependudukan.

Sementara aplikasi online yang bertujuan memudahkan pelayanan bagi masyarakat diantaranya sistem arsip digital perpustakaan, penerimaan siswa baru online, kartu kuning online, pajak air tanah online dan sistem informasi RSUD Kota Tangerang.

Untuk aplikasi manajeman pemerintahan telah dibangun dari hulu sampai hilir, yaitu mulai proses perencanaan yang ditangani dengan system informasi pererncanaan pembangunan daerah.

Sedangkan untuk proses bidang penganggaran ditangani dengan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah. Dan proses evaluasi pembangunan daerah dapat dimonitor melalui system informasi  evaluasi dan pelaporan pembangunan.

Sistem online dipercaya bermanfaat untuk memangkas birokrasi yang ada di Pemkot Tangerang. "Baik birokrasi yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat, maupun birokasi yang berhubungan dengan aparatur Pemkot Tangerang sendiri," katanya.

Guru Besar Teknologi Informasi ITB Prof Suhono H Supangkat mengatakan, ada 12 parameter utama yang menentukan apakah sebuah kota masuk dalam kategori kota cerdas.

Sebagai parameter dasarnya adalah tata kelola, teknologi informasi dan komunikasi dan orang, tapi kita bagi tiga masalah utama.

"Kalau sudah smart city bukan berarti enggak boleh ada lalu lintas macet, copet, geng motor, begal," kata Suhono yang juga menjabat sebagai Chairman Asia Africa Smart City Summit 2015.

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015