Kabupaten Lebak, Provinsi Banten membutuhkan lahan sawah seluas 70 hektare untuk memenuhi ketersediaan pembenihan padi varietas unggul bersertifikasi sehingga dapat mendukung program swasembada pangan.
"Kita hingga kini sangat kekurangan untuk produksi pembenihan padi bersertifikasi varietas unggul label ungu," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Produksi Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Ade Fathony di Lebak, Selasa.
Kabupaten Lebak hingga kini kekurangan produksi pembenihan, karena lahan sawah baku di Kabupaten Lebak sekitar 44 ribu hektare dengan target tanam 110 ribu hektare dalam setahun atau indeks pertanaman (IP) tiga kali musim tanam.
Kekurangan pasokan benih tersebut, terpaksa petani memproduksi pembenihan secara mandiri agar bisa melaksanakan gerakan tanam.
Saat ini, produksi pembenihan padi varietas unggul itu hanya 12 ton/musim dengan lahan sawah yang ada seluas 4,5 hektare.
Dari produksi pembenihan sebanyak 12 ton itu dipastikan dapat memenuhi permintaan petani antara 300-400 hektare.
Karena itu, idealnya lahan sawah untuk pembenihan padi varietas unggul seluas 70 hektare, sehingga dapat memenuhi permintaan petani dengan masa tanam 110 ribu/tahun.
"Kami berharap kedepan pemerintah pusat,provinsi maupun daerah dapat memenuhi kekurangan lahan sawah untuk produksi pembenihan guna mendukung swasembada pangan,"katanya menjelaskan.
Menurut dia, pemerintah daerah kini memproduksi benih padi varietas unggul jenis Ciherang, Infari 32 dan Cakrabuana dengan rata-rata usia masa panen antara 85, 110 dan 116 hari setelah tanam (HST).
Selama ini, permintaan petani untuk varietas Ciherang dan Infari 32 cukup tinggi, karena produktivitas varietas
mencapai enam ton gabah kering pungut (GKP) /hektare.
Dari produktivitas enam ton/hektare itu jika dikonversi beras menjadi lima ton/hektare.
Apabila, harga beras jenis Ciherang dan Infari 32 dipasaran Rp9.000/kg maka pendapatan petani bisa mencapai Rp45 juta/hektare.
Selama ini, kita dia, permintaan masyarakat mengkonsumsi beras Ciherang dan Infari 32 sangat tinggi, karena rasa berasnya pulen, leket dan beraroma.
Karena itu, petani Kabupaten Lebak setiap musim tanam selalu menggunakan benih varietas unggul.
Sebab, proses poduksi pembenihan benih varietas unggul Ciherang dan Infari 32 lebih mengutamakan kemurnian dan berbeda dengan benih untuk konsumsi.
Proses kemurnian benih itu sangat selektif dari perilaku tanaman mulai dari penanaman, perawatan hingga pascapanen.
Untuk proses pembenihan itu, kata dia, gabahnya harus memiliki kadar air 11 persen dibandingkan konsumsi 15 persen.
Proses pembenihan padi varietas unggul itu setiap bulannya dicatat dan dilaporkan ke Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) Banten.
Pihaknya menjalin kerja sama dengan BPSB agar menghasilkan produksi benih yang berkualitas dan bermutu,sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
"Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas benih agar produksi pangan surplus dan menyumbangkan kedaulatan pangan nasional," kata Ade.
Menurut Ade, pihaknya memasarkan benih varietas unggul label ungu dengan harga Rp8.000/kg.
Produksi pembenihan sebanyak 12 ton/musim hanya melayani petani Kabupaten Lebak, padahal permintaan pasar cukup tinggi.
Namun, pihaknya juga menjalin kemitraan dengan kelompok-kelompok tani kecamatan untuk memproduksi benih unggul bersertifikasi.
"Kami mengapresiasi target PAD pembenihan terealisasi hingga melebihi Rp110 juta/musim,"katanya.
Sumanta (55) petani Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini menanam benih varietas Ciherang dengan membeli di kios sebanyak 25 kilogram dengan harga Rp200 ribu.
Benih padi varietas unggul sebanyak 25 kg itu untuk tanam seluas satu hektare dengan kebutuhan menggunakan sebanyak 200 kg pupuk kimia.
Biaya produksi pertanian padi sawah sekitar Rp10 juta/hektare dan jika menghasilkan pendapatan Rp45 juta maka bisa meraup keuntungan bersih Rp35 juta dengan masa panen tiga bulan.
"Kami sudah tiga tahun menggunakan benih varietas Ciherang, karena menguntungkan itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pihaknya sudah melaporkan kepada pemerintah daerah penambahan areal persawahan untuk produksi pembenihan varietas unggul bersertifikasi, sehingga dapat memenuhi permintaan petani.
Produksi varietas benih unggul tentu dapat meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga mampu menyumbangkan untuk swasembada pangan nasional.
Selain itu juga menguntungkan usaha petani, sehingga dapat mensejahterakan kehidupan keluarga mereka.
"Kami berharap lahan persawahan untuk produksi pembenihan bisa ditambah dan diperluas sehingga dapat memenuhi permintaan petani," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
"Kita hingga kini sangat kekurangan untuk produksi pembenihan padi bersertifikasi varietas unggul label ungu," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Produksi Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Ade Fathony di Lebak, Selasa.
Kabupaten Lebak hingga kini kekurangan produksi pembenihan, karena lahan sawah baku di Kabupaten Lebak sekitar 44 ribu hektare dengan target tanam 110 ribu hektare dalam setahun atau indeks pertanaman (IP) tiga kali musim tanam.
Kekurangan pasokan benih tersebut, terpaksa petani memproduksi pembenihan secara mandiri agar bisa melaksanakan gerakan tanam.
Saat ini, produksi pembenihan padi varietas unggul itu hanya 12 ton/musim dengan lahan sawah yang ada seluas 4,5 hektare.
Dari produksi pembenihan sebanyak 12 ton itu dipastikan dapat memenuhi permintaan petani antara 300-400 hektare.
Karena itu, idealnya lahan sawah untuk pembenihan padi varietas unggul seluas 70 hektare, sehingga dapat memenuhi permintaan petani dengan masa tanam 110 ribu/tahun.
"Kami berharap kedepan pemerintah pusat,provinsi maupun daerah dapat memenuhi kekurangan lahan sawah untuk produksi pembenihan guna mendukung swasembada pangan,"katanya menjelaskan.
Menurut dia, pemerintah daerah kini memproduksi benih padi varietas unggul jenis Ciherang, Infari 32 dan Cakrabuana dengan rata-rata usia masa panen antara 85, 110 dan 116 hari setelah tanam (HST).
Selama ini, permintaan petani untuk varietas Ciherang dan Infari 32 cukup tinggi, karena produktivitas varietas
mencapai enam ton gabah kering pungut (GKP) /hektare.
Dari produktivitas enam ton/hektare itu jika dikonversi beras menjadi lima ton/hektare.
Apabila, harga beras jenis Ciherang dan Infari 32 dipasaran Rp9.000/kg maka pendapatan petani bisa mencapai Rp45 juta/hektare.
Selama ini, kita dia, permintaan masyarakat mengkonsumsi beras Ciherang dan Infari 32 sangat tinggi, karena rasa berasnya pulen, leket dan beraroma.
Karena itu, petani Kabupaten Lebak setiap musim tanam selalu menggunakan benih varietas unggul.
Sebab, proses poduksi pembenihan benih varietas unggul Ciherang dan Infari 32 lebih mengutamakan kemurnian dan berbeda dengan benih untuk konsumsi.
Proses kemurnian benih itu sangat selektif dari perilaku tanaman mulai dari penanaman, perawatan hingga pascapanen.
Untuk proses pembenihan itu, kata dia, gabahnya harus memiliki kadar air 11 persen dibandingkan konsumsi 15 persen.
Proses pembenihan padi varietas unggul itu setiap bulannya dicatat dan dilaporkan ke Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) Banten.
Pihaknya menjalin kerja sama dengan BPSB agar menghasilkan produksi benih yang berkualitas dan bermutu,sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
"Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas benih agar produksi pangan surplus dan menyumbangkan kedaulatan pangan nasional," kata Ade.
Menurut Ade, pihaknya memasarkan benih varietas unggul label ungu dengan harga Rp8.000/kg.
Produksi pembenihan sebanyak 12 ton/musim hanya melayani petani Kabupaten Lebak, padahal permintaan pasar cukup tinggi.
Namun, pihaknya juga menjalin kemitraan dengan kelompok-kelompok tani kecamatan untuk memproduksi benih unggul bersertifikasi.
"Kami mengapresiasi target PAD pembenihan terealisasi hingga melebihi Rp110 juta/musim,"katanya.
Sumanta (55) petani Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini menanam benih varietas Ciherang dengan membeli di kios sebanyak 25 kilogram dengan harga Rp200 ribu.
Benih padi varietas unggul sebanyak 25 kg itu untuk tanam seluas satu hektare dengan kebutuhan menggunakan sebanyak 200 kg pupuk kimia.
Biaya produksi pertanian padi sawah sekitar Rp10 juta/hektare dan jika menghasilkan pendapatan Rp45 juta maka bisa meraup keuntungan bersih Rp35 juta dengan masa panen tiga bulan.
"Kami sudah tiga tahun menggunakan benih varietas Ciherang, karena menguntungkan itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pihaknya sudah melaporkan kepada pemerintah daerah penambahan areal persawahan untuk produksi pembenihan varietas unggul bersertifikasi, sehingga dapat memenuhi permintaan petani.
Produksi varietas benih unggul tentu dapat meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga mampu menyumbangkan untuk swasembada pangan nasional.
Selain itu juga menguntungkan usaha petani, sehingga dapat mensejahterakan kehidupan keluarga mereka.
"Kami berharap lahan persawahan untuk produksi pembenihan bisa ditambah dan diperluas sehingga dapat memenuhi permintaan petani," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023