Jakarta (Antara News)  - Gedung Gresik Migas Tower yang diresmikan Selasa (8/9) menggunakan konstruksi sarang laba-laba, konstruksi untuk pondasi yang diciptakan putra Indonesia saat ini sudah banyak diaplikasikan pada berbagai bangunan di lahan ekstrim.

"Penggunaan konstruksi sarang laba-laba merupakan hasil rekomendasi dari Dinas PU kabupaten Gresik yang telah menggunakan konstruksi ini untuk pembangunan RSUD Ibnu Sina," kata Direktur Utama PT Gresik Migas Bukhari di Jakarta, Rabu.

Bukhari mengatakan penggunaan kata "tower" untuk bangunan setinggi tiga lantai ini dimaksudkan sebagai cita-cita perusahaan agar kehadiran BUMD PT Gresik Migas memberikan manfaat tidak hanya di kabupaten Gresik tetapi juga negara Indonesia.

Direktur Teknik dan Operasi PT Gresik Migas, Sutanta mengatakan perusahaan akan memiliki kantor sendiri dengan hadirnya gedung yang berlokasi di jalan Wahidin Sudirohusodo kabupaten Gresik melengkapi kantor perwakilan yang sudah ada di jalan Poltangan Jakarta.

Sutanta menjelaskan pertimbangan memilih konstruksi sarang laba-laba selain lebih kuat juga biayanya jauh lebih murah 80 persen dibandingkan konstruksi lain termasuk konstruksi pancang.

Bangunan yang didirikan dengan biaya keseluruhan Rp8,6 miliar ini dirancang untuk usia sampai dengan 30 tahun bahkan pemegang lisensi Konstruksi Sarang Laba-Laba memberikan jaminan garansi apabila terjadi kegagalan konstruksi pada periode tersebut, ujar Sutanta.

Sutanta mengakui konstruksi semacam ini sangat kuat karena sudah membuktikan sendiri pada bangunan tempat tinggalnya yang telah ditempati berpuluh-puluh tahun sampai sekarang masih kokoh berdiri.

Sutanta mengatakan kemungkinan perusahaan hanya akan menempati lantai paling bawah, sedangkan untuk lantai di atasnya akan disewakan sebagai tambahan pendapatan BUMD yang bergerak dibidang migas tersebut.

Konstruksi sarang laba-laba sudah banyak dipergunakan pada bangunan komersial di kawasan rawan gempa seperti di Aceh, Padang, Bengkulu, Palu, Mataram, Papua tetapi juga banyak dipakai untuk daerah-daerah yang memiliki kontur tanah yang ekstrim sehingga membutuhkan pondasi yang kuat.

Konstruksi ini juga terbukti masih kokoh dipergunakan untuk lapangan udara Juwata Tarakan Kalimantan Utara dan Hang Nadim Batam.

Lebih jauh Agus B Sutopo dari PT Katama Surya Bumi selaku pemegang paten konstruksi sarang laba-laba mengatakan konstruksi ini telah teruji di daerah-daerah gempa seperti Aceh dan Padang terhadap gerakan vertikal maupun horisontal.

Sedangkan, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Yusid Toyib mengatakan penggunaan konstruksi bangunan yang mempergunakan APBN atau APBD haruslah menggunakan konstruksi yang mampu menyerap tenaga kerja lokal.

Konstruksi sarang laba-laba merupakan salah satu contoh pondasi yang banyak menggunakan sumber daya lokal baik itu kontraktor, konsultan, maupun pekerja, serta bahan bangunan semuanya berasal dari dalam negeri, jelas Yusid.

Peraturan dari kementerian tenaga kerja dan Transmigrasi sudah jelas, jadi untuk pekerja konstruksi terutama yang di lapangan harus menggunakan tenaga kerja lokal, kata Yusid.

Kebijakan pemerintah menyebutkan untuk proyek konstruksi di atas Rp100 miliar memang dimungkinkan untuk menggandeng (joint) dengan kontraktor lain termasuk dengan asing tetapi untuk pekerja lapangan harus tetap lokal, ujar Yusid.

Yusid mengatakan beberapa proyek saat ini diharuskan menggandeng kontraktor asing seperti Waduk Jatigede yang berkerja sama dengan kontraktor asal Tiongkok, tetapi pekerja yang direkrut tetap dari lokal.

"Memang ada pekerja dari Tiongkok tetapi itu pada tingkatan manajerial, ketentuan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dimungkinkan untuk tingkatan seperti itu apabila memang belum menguasai teknologinya," ujar Yusid.

Yusid juga menjelaskan sebenarnya pada tingkat manajerial diisi pekerja asing adalah untuk memudahkan koordinasi saja karena biasanya ada kendala bahasa, kehadiran mereka diharapkan dapat mempercepat pekerjaan.

Namun untuk pekerja di lapangan seperti operator alat berat, tukang gali, tukang batu, supir, serta lainnya semua harus dari lokal, jelas Yusid.

Yusid mengatakan secara keseluruhan pekerjaan konstruksi dibawah kendali Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebenarnya sanggup ditangani kontraktor di dalam negeri.

"Kita selama ini memprioritaskan pekerjaan konstruksi yang menyerap banyak tenaga kerja lokal serta lebih besar tingkat komponen dalam negeri (TKDN)," kata Yusid. 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015