Permintaan kain tenun tradisional dari Suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kembali meningkat pascapandemi COVID-19, baik oleh wisatawan membeli maupun pesanan pembeli melalui media sosial secara online. 
 
"Kita sekarang bisa menjual hingga 25 potong dari sebelumnya dua potong setiap pekan dengan ukuran 3x2, 5 meter," kata Amir, seorang perajin kain tenun Badui di Lebak, Senin. 

Baca juga: Aktivis: Perselingkuhan jadi penyebab pemicu KDRT
 
Produksi kain tenun Badui sejak sepuluh bulan terakhir menggeliat dan mereka perajin terlihat di bale-bale rumah warga Badui tengah memproduksinya dengan peralatan tradisional. 
 
Para perajin masyarakat Badui di Kabupaten Lebak untuk memproduksi kain tenun berukuran 3x2,5 meter dikerjakan selama sepekan. 
 
Mereka para perajin mengerjakan produksi kain tenun tradisional itu dengan keuletan dan ketelitian merajut benang menjadi kain. 
 
Peralatan tradisional itu tentu menghasilkan produksi yang bermutu dan berkualitas tanpa sentuhan mesin. 
 
"Kami di sini memproduksi kain tenun mencapai puluhan potong/ pekan," katanya menjelaskan. 
 
Menurut dia, harga kain tenun tersebut dijual tergantung motif dan jenis, namun terendah Rp150 ribu hingga Rp1, 3 juta/ potong. 
 
Produksi kain tenun Badui saat pandemi COVID-19 total para perajin berhenti, karena tidak ada permintaan pasar. 
 
Namun, saat ini kembali banyak permintaan maupun pesanan melalui media sosial secara online juga ada wisatawan yang mengunjungi kawasan pemukiman Badui dengan membelinya langsung. 
 
"Kami berharap omzet penjualan kain tenun Badui dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat adat," katanya menjelaskan. 
 
Munah (45) seorang perajin kain tenun Badui mengaku pihaknya saat ini bisa menjual rata-rata 20 potong dari sebelumnya dua potong/pekan, karena sudah banyak wisatawan mengunjungi desa wisata saba budaya Badui. 
 
Kebanyakan wisatawan itu mengunjungi pemukiman Badui pada Sabtu dan Minggu dari berbagai daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.
 
Selain itu juga meningkatnya permintaan kain tenun, karena terbantu promosi yang dilakukan pemerintah daerah dan stakeholder, termasuk kedatangan pejabat negara. 
 
Bahkan, pada Jumat dan Sabtu kemarin kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno ke pemukiman Badui. 
 
"Kami berharap ke depan perajin kain tenun Badui bisa berkembang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Munah. 
 
Kepala Desa Kanekes yang juga tokoh adat masyarakat Badui, Jaro Saija mengatakan masyarakat Badui terdapat dua mata pencaharian dari bercocok tanam pertanian dan pelaku UMKM. 
 
Pelaku UMKM dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Badui dan perlu adanya pelatihan, permodalan hingga pemasaran. 
 
"Kami memiliki 2.000 pelaku UMKM tentu sangat berharap adanya kepedulian dari berbagai elemen untuk membantu kemajuan ekonomi masyarakat Badui," kata Saija sambil menyatakan penduduk masyarakat Badui 11.600 jiwa tersebar di 68 perkampungan
 
Sementara itu, Hera, perwakilan dari Bank Central Asia (BCA) mengatakan pihaknya sebagai pendamping desa wisata saba budaya Badui yang ditunjuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkomitmen untuk membantu pelatihan terhadap perajin masyarakat Badui agar bisa bersaing pasar sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi mereka juga penyerapan lapangan pekerjaan. 
 
Potensi ekonomi kreatif masyarakat Badui danil luar biasa, baik alamnya juga kulinernya dan aneka kerajinan lainya, seperti kain tenun, tali kepala ikat atau lomar, batik, baju kampret, tas koja, minuman jahe serta selendang. 
 
Produk masyarakat Badui nantinya, selain diberikan pelatihan juga fasilitasi permodalan, promosi hingga pemasaran. 
 
Apalagi, di pemukiman masyarakat Badui terdapat dua youtuber sehingga dapat membantu produk Badui dipasarkan melalui online. 
 
"Pelatihan itu diharapkan produk-produk masyarakat Badui memiliki nilai jual tinggi," katanya. 
 
 
 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022