Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, batik Tasikmalaya merupakan batik yang digemari masyarakat, khususnya Indonesia. Ema Siti Asma perempuan kelahiran 04 Agustus 1976 yang bertempat tinggal di Gg. Pesantren Al Goffar, Tasikmalaya ini melihat peluang bisnis mengingat di daerah tempat ia tinggal terdapat banyak pabrik batik namun belum di kemas dalam bentuk fashion yang menarik.

Usaha Ema ia beri nama ‘Alika Batik’ yang terinspirasi dari nama sang anak. Kerja sama bisnis yang dijalankan oleh Ema selaku pemilik merk dengan perusahaan manufaktur (pabrik). Batik yang telah di buat Ema menjadi kemeja, tunik, gamis, maupun mukena dapat di bandrol dengan harga bervariasi, mulai dari Rp80.000 - Rp500.000 tergantung bahan kain batik dan tingkat kesulitan produk jenis apa yang dipakai.

Baca juga: Kisah mitra binaan Pertamina, lestarikan bisnis makanan legendaris

Usaha yang di dirikan Ema sejak 2013 tidaklah selalu mulus, terlebih saat pandemi COVID-19 merabah di seluruh belahaan dunia tidak terkecuali, Indonesia. “Saat pandemi omzet usaha saya turun hingga 2 kali lipat dari biasanya” ujar Ema. Namun tidak berhenti sampai disitu, Ema melakukan inovasi dalam promosi produk yang semakin gencar melalui instagram maupun facebook @alikabatik, ditambah dengan adanya inovasi dalam model produk.

Menjadi mitra binaan Pertamina merupakan salah satu titik terang bagi usaha Ema di masa pandemi. Walaupun sudah berinovasi baik dari segi pemasaran maupun produk tidak terlepas dari harus adanya suntikan modal agar inovasi usahanya dapat berjalan.  Tidak hanya penambahan modal dari menjadi bagian mitra binaan Pertamina, Ema juga mendapat pelatihan digital hingga yang mendatangkan orderan seragam umroh dan seragam sekolah dalam jumlah besar.

"Saya berharap bisa  terus berpartisipasi dalam kegiatan yang Pertamina buat seperti pelatihan, pameran, bazar offline maupun online dan lainnya. Hal ini semata-mata untuk mendorong usaha saya agar dapat bersaing di pasar global" ungkap Ema

Area Manager Communication, Relations & CSR Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan menjelaskan bahwa untuk dapat bersaing di pasar global perlu kerja keras dan pemilik usaha harus terus berinovasi baik dari segi pemasarannya maupun produk yang di jual. “Hal ini memang tidaklah mudah, mengingat perkembangan zaman dari tahun ke tahun yang semakin cepat dan serba digital (contohnya) tentunya merubah kebiasan para pemilik usaha konvensional untuk belajar agar dapat menjual produknya hingga mancanegara” jelas Eko.

Program ini juga bertujuan untuk terus mengimplementasikan poin 8 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Selain SDGs, Pertamina juga berupaya menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) dibidang sosial. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Adapun syarat untuk dapat bergabung menjadi mitra binaan Pertamina dapat dilihat pada https://www.pertamina.com/id/program-kemitraan

Pewarta: Sambas

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022