Tangerang (AntaraBanten) - Sisi lain keberadaan Kampung Bersih di setiap Kelurahan, Kota Tangerang, tidak hanya menjadikan lingkungan bersih tetapi mampu menghasilkan energi terbarukan seperti bio solar atau zero waste dari pengelolaan sampah.

Misalnya saja seorang yang peduli dalam pengelolaan sampah dari Kecamatan Benda yang menerapkan pengolahan sampah menjadi energi terbarukan bio solar walaupun dengan sistem yang sederhana

Dengan alat yang sederhana, plastik yang dibakar menggunakan mesin dan menghasilkan uap, dapat disaring menjadi bio solar

Lalu, Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) Cipondoh yang melakukan pengolahan sampah dengan sistem pelelehan dan dicetak menjadi sesuatu yang bernilai mungkin bisa dibuat kaki kipas angin, atau tergantung hasil yang di inginkan seperti sapu lantai atau sapu lidi.

Begitu pula dengan lokasi lain nya seperti di wilayah Petir Cipondoh yang mencetak sampah menjadi dudukan kipas angin. Bahkan, warga kebanjiran order dari hasil inovasinya tersebut.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, Ivan Yudhianto di Tangerang, Selasa, mengatakan, 21 kampung bersih yang telah dibentuk terus melakukan inovasi.

Sampah yang selama ini hanya diketahui diolah menjadi kompos, dapat diubah menjadi lebih yang berguna dan memiliki nilai ekonomi.

Maka itu, melalui sosialisasi yang kini dilakukan di setiap kelurahan oleh DKP, ditargetkan terbentuk 50 komunitas kampung bersih bahkan setiap RW.

Harapannya tentu yakni agar pengolahan sampah dari masyarakat dapat dilakukan dari sumbernya melalui komunitas yang ada.

"Jadi, kalau komunitas bisa mengelola sampah maka yang dibuang ke TPA Rawakucing hanya residunya saja bahkan kalau bisa dikelola semua," tegasnya.

Sekretaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, Suggiharto Ahcmad Bagdja menambahkan, pengolahan sampah dengan menghasilkan energi terbarukan pun akan terus di kembangkan di TPA Rawakucing sampah jadi gas metan, hingga pengolahan sampah menghasilkan energi listrik namun masih dalam tahap persiapan dan kajian.

Lalu penataan jalur hijau di area belakang TPA Rawakucing dengan konsep Green belt dan buffer zone. Green belt atau buffer zone yang dikembangkan akan memanfaatkan tanaman-tanaman seperti bamboo jepang, trembesi dan jenis pohon lainnya sebagai penyerap bau.

Ada juga penggunaan ampas kopi sebagai bahan campuran dalam pengomposan. Manfaat ampas kopi yakni melepas nitrogen yang baik untuk tanaman, menetralkan pH tanah jika terlalu basah karena kopi bersifat acidic yang dapat menetralkan kadar pH, disamping sebagai absorbsi (penyerap).

Kota Tangerang mempunyai luas wilayah 184,24 kilometer persegi terbagi dalam 13 kecamatan, 104 kelurahan, 937 RW dan 4.755 RT.   

Dengan jumlah penduduk kurang lebih 1,7 juta jiwa, timbulkan sampah yang dihasilkan per hari kurang lebih 4.964 meter kubik atau 1.241 ton.   

Tingkat pelayanan 75 persen, sampah yang terangkut ke TPA Rawa Kucing kurang lebih 3.723 meter kubik atau 1.000 ton.

Pemrosesan akhir sampah Kota Tangerang dilakukan di TPA Rawa Kucing dengan luas lahan yang akan dipergunakan 20,83 ha dari luas lahan total 35 ha yang sudah dimiliki. Saat ini lahan di zona aktif sebagai tempat pemrosesan sampah baru dipergunakan sebesar 2,3 Ha sisanya seluas 18,53 Ha sudah menjadi zona pasif Pemerintah Kota Tangerang. 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015