Museum Multatuli atau yang lebih dikenal sebagai museum anti kolonialisme di Rangkasbitung Lebak Banten mulai beroprasi kembali setelah beberapa lama ditutup akibat pandemi.

"Rata-rata pengunjung sebelum pandemi bisa mencapai 100 orang lebih, namun semenjak pandemi melanda pengunjung yang datang turun drastis," kata Edukator museum, Ginandar di Lebak, Jumat.

Museum Multatuli dibuka kembali untuk umum sejak 15 Juli lalu, hingga saat ini sudah mulai ramai dikunjungi baik oleh masyarakat umum maupun pelajar.

Museum Multatuli diresmikan oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Hilmar Farid pada Minggu 11 Februari 2018. 

"Sebelum dialih fungsikan menjadi Museum Multatuli gedung ini semula adalah Gedung Kewedanaan. Pada saat baru dibuka museum ini berhasil mencuri perhatian masyarakat Lebak," kata Ginandar.

Ginandar menjelaskan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya berharap dengan adanya museum tersebut dapat mendorong kaum milenial mengenal sejarah Multatuli dan Max Havelaar.  

"Museum Multatuli memperkenalkan sejarah Banten dengan sangat kekinian.  Selain itu di gedung kolonial 1923 tersebut mempunyai beberapa koleksi contohnya, novel Max Havelaar edisi pertama, lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsipan Multatuli dan lainnya." kata Edukator museum Ginandar.

Letak musem itu sendiri sangat strategis karena berada di pusat kota dan berada disamping Perpustakaan Saidja Adinda sehingga memudahkan pengunjung terutama pelajar yang ingin melakukan study.

Museum Multatuli juga menyediakan berbagai informasi yang luas, seperti sejarah, ilmu pengetahuan, artefak, buku-buku, foto, podcast, infografis, multimedia, dan gambar.

Pewarta: PKL SKENSA

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022