Jakarta (Antara News) - TNS Indonesia perusahaan dibidang riset pasar menunjukkan beberapa inovasi kepada sejumlah industri makanan dan minuman dalam menyiapkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan produk baru tanpa harus mendistorsi produk lama.


"Kami menunjukkan pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun 2014 sangat rendah, juga memperlihatkan untuk menciptakan pasar untuk produk baru bukan hal yang mudah," kata Direktur Eksekutif TNS Indonesia Mahesh Kumar Agarwal di Jakarta, Rabu.

Terkait hal tersebut TNS menyelenggarakan seminar bertajuk "Innovation with a Sharper Growth Focus" dengan peserta dari industri makanan dan minuman di Indonesia pada Rabu (21/1) dengan pembicara Mahesh Kumar Agarwal dan Managing Director Innovation and Product Development TNS Asia Pacific Ray Crook.

Menurut Mahesh, dalam meluncurkan suatu produk makanan dan minuman bukan sekedar rasa dan kemasan, tetapi juga harus memahami apa yang dibutuhkan konsumen, siapa yang membeli produk ini, semua itu harus dipelajari untuk melakukan inovasi dibidang pemasaran nantinya.

Pengalaman di Indonesia, industri makanan dan minuman saat meluncurkan produk baru seringkali lupa untuk memelihara produk lama sehingga pasarnya justru tergerus produk baru, sedangkan pertumbuhan produk baru tersebut belum dapat menggantikan produk lama, akibatnya pertumbuhan yang diharapkan tidak terjadi, jelas Mahesh.

Mahesh juga mengapresiasi salah satu produk teh dalam kemasan yang telah menerapkan inovasi dengan memasarkan dengan harga lebih murah dibanding kompetitor, dengan kemasan lebih kecil. Mereka sebelumnya telah melakukan riset yang mendalam ternyata konsumen Indonesia memang hanya membutuhkan air minum dalam kemasan dengan ukuran cukup bukan ukuran besar.

Strategi pasar lainnya dengan memasukan unsur kesehatan yang memang menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia pada saat ini. Misalnya dengan memberikan alternatif selain produk chips (keripik) juga meluncurkan produk biskuit tetapi dengan bentuk menarik agar tetap diminati anak-anak.

Roy Crock mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang survei pihaknya membantu client untuk melakukan kajian terhadap pasar, menyiapkan strategi mengembangkan pasar, bagaimana membuka peluang untuk meningkatkan pangsa pasar.

TNS, kata Roy, akan mengingatkan kepada perusahaan untuk menyiapkan strategi yang matang saat meluncurkan produk baru, sehingga jangan sampai usianya tiga sampai empat bulan sudah hilang di pasar, harapan  kami perusahaan harus mampu mengembangkan produk dalam jangka panjang.

"Banyak kegagalan disebabkan industri tidak menyiapkan strategi dengan benar, belum memahami pasar, serta tidak melihat peluang. Apa yang dijanjikan saat meluncurkan produk ternyata setelah dicoba konsumen tidak sesuai ekspetasi sehingga memutuskan untuk tidak membeli lagi produk tersebut," ujar Roy.

Mahesh juga menyoroti banyaknya industri makanan dan minuman yang mengeluarkan produk yang sama untuk mengikuti tren. Seperti produk "white coffe" untuk kopi atau teh hijau untuk teh. Sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah sepanjang didukung riset untuk mencari produk yang lebih unik dan marketing dalam bentuk iklan.

"Strategi yang salah dalam menjual produk baru akan membuat konsumen bingung untuk memutuskan membeli produk lama atau baru. Kalau mereka melihat tidak ada hal yang berbeda di produk baru maka mereka menganggap tidak perlu membeli produk baru tersebut," ujar dia.

Mahesh mengatakan, TNS juga menyediakan jasa layanan survei sesuai kebutuhan di suatu perusahaan (adhoc), karena terkadang kebutuhan antara perusahaan yang satu dan lain berbeda meskipun mereka sama-sama memiliki produk yang sama di pasar. Client TNS sendiri merupakan perusahaan-perusahaan terkemuka di Indonesia seperti Unilever, Danone, Nestle, Indofood, Kalbe, dan lain sebagainya.

Persoalan yang dihadapi industri di Indonesia pada tahun 2014 terkait dengan fluktuasi nilai tukar rupiah, kenaikan harga BBM semua itu membutuhkan strategi pemasaran yang tepat diantaranya dengan mempercepat pengembangan pasar dengan memanfaatkan lingkaran bisnis, menciptakan efisiensi, memperkecil kemungkinan produk gagal di pasar, serta mensosialisasikan program CSR.

"Ternyata dengan semakin banyak menyelenggarakan kegiatan CSR maka produk tersebut semakin dikenal masyarakat," ujar Mahesh.

Kemudian untuk melakukan survei pasar terutama untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap produk yang akan diluncurkan dengan memanfaatkan fasilitas ponsel pintar diantaranya melalui media sosial bahkan hasilnya sudah dapat langsung diprediksi dalam waktu delapan minggu, jelas Mahesh. 

Riset ini pertama kali diselenggarakan di Indonesia serta kini sudah banyak diterapkan di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), ujar dia. 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015