Arsitek yang tergabung dalam Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) berharap perancang Ibu Kota Negara (IKN) dapat mengadopsi bangunan tradisional Kalimantan yang memiliki desain unik.
"Kami berharap agar arsitektur daerah yang memiliki keunikan seni budaya itu, tetap hadir," kata Ketua IAI Kaltim Wahyullah B. Ombang dalam sambutan pembukaan seminar daring bertajuk "Arsitektur Sekitar Ibu Kota Baru" di Jakarta, Kamis.
Baca juga: KSP pastikan kawal pembangunan tahap awal Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN
Wahyullah berharap bangunan-bangunan di IKN nantinya bisa merepresentasikan etnik etnik masyarakat Kalimantan yang terdiri dari banyak suku diantaranya Kutai, Paser, Dayak, Berau, Banjar, Jawa, Bugis, Makasar dan Madura.
Dia mengatakan eksistensi bangunan tradisional di Kalimantan pasti terimbas oleh kehadiran pembangunan infrastrukstur Ibukota baru yang diprediksi akan menyedot banyak fungsi baru dan tuntutan dalam desain arsitekturnya.
Seminar yang melibatkan 900 peserta ini bertujuan melihat fenomena perkembangan arsitektur lokal di sekitar Ibukota baru yang akan menjadi bagian dari destinasi wisata.
Seminar yang digelar hasil kolaborasi Majalah Asrinesia, Kenari Djaja, dan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Kalimantan Timur ini diharapkan bisa menjadi tukar pikiran yang hasilnya dapat digunakan pengambil kebijakan untuk mewujudkan pembangunan IKN.
Wahyullah mengatakan kehadirkan IKN seharusnya memberikan peluang bagi Arsitek di Kaltim dan sekitarnya untuk memajukan arsitektur lokal dalam memenuhi kebutuhan baru dan modernisasi.
Hal senada dikatakan juga oleh Koordinator Tim Ahli – Tim Transisi Ibukota Nusantara, Wicaksono Sarosa yang mewakili Otorita Ibukota Baru, bahwa pembangunan arsitektur di sekitar Ibukota baru akan memperkaya fasilitas penunjang lingkungannya.
Filosofi dan latar belakang budaya arsitektur khas Kalimantan disampaikan juga oleh Arsitek Faizal Baharuddin kandidat Doktor dari Arsitektur UNTAG Samarinda yang telah melakukan kajian tentang rumah tradisional dan lingkungan pemukiman di Kalimantan Timur.
Karakter arsitekturnya memperlihatkan struktur kehidupan masyarakat Kalimantan, berupa karya adiluhung yang memukau wisatawan yang berkunjung.
Keindahan bangunan khas Kalimantan, ternyata memacu kalangan arsitek muda untuk mengembangkan karya arsitektur baru mereka yang desainnya tetap berakar pada budaya dan karakter etnik lokal.
Transfer desain berbasis budaya ini dilakukan Arsitek Vergian Septiandy praktisi yang karyanya banyak mengisi wajah bangunan di Kalimantan.
Keresahan pada budaya lokal yang akan tergerus oleh modernisasi infrastruktur di sekitar ibukota baru telah menggugah rasa kritis Arsitek senior Josef Prijotomo dari Unika Parahyangan, untuk memantapkan pemikiran Arsitek Muda dan pelaku pembangunan dalam menjalankan profesinya.
Pembangunan di Kalimantan Timur dan sekitarnya harus tetap memperhatikan kearifan lokal, sehingga citra arsitektur Nusantara di Kalimantan hidup dan menjadi destinasi wisata serta inspirasi perkembangan arsitektur baru.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Kami berharap agar arsitektur daerah yang memiliki keunikan seni budaya itu, tetap hadir," kata Ketua IAI Kaltim Wahyullah B. Ombang dalam sambutan pembukaan seminar daring bertajuk "Arsitektur Sekitar Ibu Kota Baru" di Jakarta, Kamis.
Baca juga: KSP pastikan kawal pembangunan tahap awal Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN
Wahyullah berharap bangunan-bangunan di IKN nantinya bisa merepresentasikan etnik etnik masyarakat Kalimantan yang terdiri dari banyak suku diantaranya Kutai, Paser, Dayak, Berau, Banjar, Jawa, Bugis, Makasar dan Madura.
Dia mengatakan eksistensi bangunan tradisional di Kalimantan pasti terimbas oleh kehadiran pembangunan infrastrukstur Ibukota baru yang diprediksi akan menyedot banyak fungsi baru dan tuntutan dalam desain arsitekturnya.
Seminar yang melibatkan 900 peserta ini bertujuan melihat fenomena perkembangan arsitektur lokal di sekitar Ibukota baru yang akan menjadi bagian dari destinasi wisata.
Seminar yang digelar hasil kolaborasi Majalah Asrinesia, Kenari Djaja, dan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Kalimantan Timur ini diharapkan bisa menjadi tukar pikiran yang hasilnya dapat digunakan pengambil kebijakan untuk mewujudkan pembangunan IKN.
Wahyullah mengatakan kehadirkan IKN seharusnya memberikan peluang bagi Arsitek di Kaltim dan sekitarnya untuk memajukan arsitektur lokal dalam memenuhi kebutuhan baru dan modernisasi.
Hal senada dikatakan juga oleh Koordinator Tim Ahli – Tim Transisi Ibukota Nusantara, Wicaksono Sarosa yang mewakili Otorita Ibukota Baru, bahwa pembangunan arsitektur di sekitar Ibukota baru akan memperkaya fasilitas penunjang lingkungannya.
Filosofi dan latar belakang budaya arsitektur khas Kalimantan disampaikan juga oleh Arsitek Faizal Baharuddin kandidat Doktor dari Arsitektur UNTAG Samarinda yang telah melakukan kajian tentang rumah tradisional dan lingkungan pemukiman di Kalimantan Timur.
Karakter arsitekturnya memperlihatkan struktur kehidupan masyarakat Kalimantan, berupa karya adiluhung yang memukau wisatawan yang berkunjung.
Keindahan bangunan khas Kalimantan, ternyata memacu kalangan arsitek muda untuk mengembangkan karya arsitektur baru mereka yang desainnya tetap berakar pada budaya dan karakter etnik lokal.
Transfer desain berbasis budaya ini dilakukan Arsitek Vergian Septiandy praktisi yang karyanya banyak mengisi wajah bangunan di Kalimantan.
Keresahan pada budaya lokal yang akan tergerus oleh modernisasi infrastruktur di sekitar ibukota baru telah menggugah rasa kritis Arsitek senior Josef Prijotomo dari Unika Parahyangan, untuk memantapkan pemikiran Arsitek Muda dan pelaku pembangunan dalam menjalankan profesinya.
Pembangunan di Kalimantan Timur dan sekitarnya harus tetap memperhatikan kearifan lokal, sehingga citra arsitektur Nusantara di Kalimantan hidup dan menjadi destinasi wisata serta inspirasi perkembangan arsitektur baru.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022