Lebak (AntaraBanten) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas produk komoditas unggulan untuk menghadapi persaingan pasar bebas pada Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

"Kita optimistis komoditas produk unggulan daerah bisa menembus pasar ekspor," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat dihubungi di Lebak, Minggu.

Menurut dia, pihaknya terus meningkatkan teknologi budi daya pertanian guna mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat.

Selama ini, beberapa komoditas unggulan di Kabupaten Lebak belum menghasilkan produk yang unggul dan berkualitas internasional.

Karena itu, pihaknya mengoptimalkan peningkatan kualitas dan produktivitas komoditas unggulan tersebut.

Peningkatan kualitas itu antara lain penerapan teknologi budi daya, sumber daya manusia (SDM) kelengkapan peralatan pertanian (Alsintan) juga benih varietas unggul.

Saat ini, Kabupaten Lebak sebagai penghasil produk komoditas unggulan di Provinsi Banten.

Bahkan, setiap memasuki musim panen membanjir produk unggulan antara lain durian, rambutan, manggis, pisang, dan dukuh.

Produk unggulan itu dipasok ke berbagai daerah di Provinsi Banten dan DKI Jakarta.

Selain itu juga menembus pasar ekspor, diantaranya manggis dan rambutan.

"Kami yakin produk komoditas unggulan daerah melalui peningkatan kualitas dan produkivitas bisa berebut pasar dunia," katanya.

Ia menyebutkan, produk unggulan daerah itu berkembang di Kabupaten Lebak yakni manggis di Kecamatan Cipanas, Bayah, Lebakgedong, Sobang dan Muncang.

Buah durian di Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cirinten, Muncang dan Bojongmanik.

Kawasan buah duku di Kecamatan Warunggunung, Cikulur, dan Cibadak.

Komoditas buah rambutan  di Kecamatan Maja, Cimarga Curugbitung, Rangkasbitung, Cijaku, Leuwidamar dan Sajira.

Arman, seorang petani rambutan tangkue Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak mengaku dirinya setiap panen selalu memasok ke pasar Timur Tengah melalui perusahaan dari Jakarta.

Namun, kata dia, buah rambutan tangkue itu sebelum diekspor terlebih dulu disortir.

Pihaknya mengembangkan buah rambutan tangkue ini, karena biaya produksinya tidak besar dibandingkan tanaman karet.

"Kami musim panen terkadang cuaca jika cuaca hujan terus tentu produksi berkurang," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015