Jakarta (Antara News) - PT East West Seeds Indonesia (Ewindo) perusahaan produsen benih sayuran nasional menyatakan kesiapannya untuk memproduksi umbi benih kentang berkualitas melalui area produksi aeroponik di Lembang Bandung guna mengatasi rendahnya produktivitas petani kentang di Indonesia.


"Target kami umbi benih kentang produksi kami sudah dapat didistribusikan mulai tahun 2016 dengan kapasitas 10.000 ton per  tahun," kata Managing Director Ewindo Glenn Pardede di Lembang Bandung, Selasa, usai peluncuran umbi benih kentang.

Menurut Glenn, produktivitas petani kentang Indonesia saat ini sangat rendah,  hanya mampu memproduksi maksimal10 ton per hektar, padahal di Eropa mampu memproduksi 50 ton per hektar. Sedangkan, melalui umbi benih produksi Ewindo diharapkan produktivitas dapat ditingkatkan menjadi 20 sampai 25 ton per hektar.

Glenn mengatakan, lahan petani kentang di Indonesia saat ini mencapai 70.000 hektar seharusya membutuhkan benih umbi kentang berkualitas sekitar 130.000 ton per tahun dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional.

"Total kebutuhan kentang nasional 130.000 ton per tahun, sedangkan ketersediaan benih berkualitas dan bersertifikat kurang dari 15 persen," kata Glenn.

Glenn mengatakan, dalam rangka mensosialisasikan benih umbi kentang berkualitas kepada kalangan petani, Ewindo menjalin kerja sama dengan Syngenta Foundation, BALITSA (Balai Penelitian Sayuran), dan BPSB (Balai Penelitian Sayuran dan Buah) Jawa Barat.

Program Director Sygenta Foundation Teddy H. Tambu mengatakan, sebagai lembaga nirlaba didirikan untuk meningkatkan taraf hidup petani caranya melalui bimbingan teknis langsung kepada petani atau melalui perusahaan benih seperti Ewindo.

Teddy mengatakan, kerja sama dengan Ewindo hanya difokuskan kepada pengenalan dan bimbingan teknis bertanam kentang kepada petani dengan tujuan akhir mereka menjadi sejahtera.

Project Manager Ewindo untuk Kentang M. Hariyadi Setiawan mengatakan, bagi petani kentang yang dibutuhkan  adalah tanaman yang mampu menghasilkan buah yang banyak, serta tahan terhadap hama dan penyakit sehingga biaya pemeliharaan sampai panen lebih efisien.

Menurut Hariyadi, kemampuan petani kentang yang sebagian besar diproduksi di daerah Jawa sebenarnya sangat bagus, tetapi karena terbatasnya benih berkualitas membuat produksi mereka rendah yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan.

"Kita akan memberikan pelatihan kepada petani kentang mulai dari budi daya, penggunaan pupuk, obat, dan pestisida agar jangan berlebih. Tanaman kentang ini butuh 3 bulan untuk panen dan hasilnya dapat langsung dinikmati," ujar dia.

Hariyadi mengatakan, Ewindo memiliki banyak petugas penyuluh lapangan baik ditempatkan di kabupaten dan provinsi yang siap untuk memberikan bimbingan teknis kepada petani kentang.

Untuk mencapai target 10.000 ton, Ewindo menerapkan teknologi aeroponik yaitu teknologi budi daya tanpa menggunakan media tanam untuk menghasilkan benih G-0 dan selanjutnya akan dikembangkan menjadi G-2 dan G-3 yang siap dipasarkan, kata Glenn.

Teknologi aeroponik untuk produksi benih kentang baru pertama kali digunakan di Indonesia. Ewindo menerapkan teknologi ini karena benih yang dihasilkan lebih berkualitas dan kemampuan produksi tanaman lebih besar.

Glenn mengatakan dibanding beras kandungan gizi dan vitamin kentang jauh lebih banyak serta kandungan gula lebih sedikit sehingga cocok menjadi alternatif makanan pokok.***2***

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014