Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang, Banten mencatat ada sekitar 65 persen sampah jenis anorganik seperti plastik, botol bekas minuman, dan kaleng mendominasi sampah yang ada di wilayah itu.
"Memang kalau perbandingan dengan sampah organik yang hanya ada 45 persen, artinya sebanyak 65 persen sisanya merupakan sampah anorganik yang mendominasi di Kabupaten Tangerang," kata Kepala Seksi (Kasi) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah (KPPS) DLHK Kabupaten Tangerang, Reni Farida di Tangerang, Selasa.
Baca juga: Pemberangkatan 21 calon haji Kabupaten Tangerang tertunda karena kondisi kesehatan
Menurut Reni, sampah anorganik yang mendominasi saat ini merupakan sampah berasal dari bahan-bahan nonhayati berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pada pengolahan industri yang tidak dapat kembali diuraikan oleh alam.
Sehingga dengan kondisi seperti itu mempengaruhi terhadap jumlah volume sampah yang mencapai kurang lebih 4 juta ton dengan rata-rata pengangkutan per hari sebanyak 2.000 ton.
"Kalau menurut data BPS tercatat ada sekitar 4 juta ton dengan dikalikan 0,5 kilo per orang dapat menghasilkan sampah per orang 2.000 ton per harinya. Untuk tahun 2022 ini belum kita data lagi," katanya.
Sementara, lanjut dia, untuk volume sampah organik yang mendominasi sebanyak 45 persen tersebut merupakan hasil dari limbah pasar dan perumahan.
"Kalau sampah organik ini kita sudah lakukan upaya penanganannya dengan dijadikan pakan maggot. Hanya saja sekarang kita sedang upayakan dalam pengelolaan sampah anorganik ini," ujarnya.
Ia menyampaikan, dari pengurangan atau pengangkutan melalui bank sampah yang ada di Kabupaten Tangerang, dalam satu bulannya petugas kebersihan setempat bisa mengangkut sampai itu sebanyak 10.000 ton.
Dengan begitu, volume sampah yang di tampung di TPA Jati Waringin dengan luas wilayah 21 hektare ini setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, meski pun kenaikannya tidak terlalu signifikan.
"Sekarang kondisi keterisian volume sampah di TPA itu kurang lebih sekitar 20 hektare yang telah terisi," ungkapnya.
Ia juga mengaku, Pemerintah Kabupaten Tangerang saat ini tengah melakukan upaya kerjasama dengan pihak swasta dalam menangani permasalahan sampah anorganik ini, agar nantinya dapat mengurangi tingkat volume sampah yang ada.
"Mudah-mudahan program pengurangan sampah ini bisa terealisasi di tahun 2022. Dan pak Bupati juga sudah berusaha mencari teknologi dalam pengelolaan sampah di TPA nanti," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Memang kalau perbandingan dengan sampah organik yang hanya ada 45 persen, artinya sebanyak 65 persen sisanya merupakan sampah anorganik yang mendominasi di Kabupaten Tangerang," kata Kepala Seksi (Kasi) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah (KPPS) DLHK Kabupaten Tangerang, Reni Farida di Tangerang, Selasa.
Baca juga: Pemberangkatan 21 calon haji Kabupaten Tangerang tertunda karena kondisi kesehatan
Menurut Reni, sampah anorganik yang mendominasi saat ini merupakan sampah berasal dari bahan-bahan nonhayati berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pada pengolahan industri yang tidak dapat kembali diuraikan oleh alam.
Sehingga dengan kondisi seperti itu mempengaruhi terhadap jumlah volume sampah yang mencapai kurang lebih 4 juta ton dengan rata-rata pengangkutan per hari sebanyak 2.000 ton.
"Kalau menurut data BPS tercatat ada sekitar 4 juta ton dengan dikalikan 0,5 kilo per orang dapat menghasilkan sampah per orang 2.000 ton per harinya. Untuk tahun 2022 ini belum kita data lagi," katanya.
Sementara, lanjut dia, untuk volume sampah organik yang mendominasi sebanyak 45 persen tersebut merupakan hasil dari limbah pasar dan perumahan.
"Kalau sampah organik ini kita sudah lakukan upaya penanganannya dengan dijadikan pakan maggot. Hanya saja sekarang kita sedang upayakan dalam pengelolaan sampah anorganik ini," ujarnya.
Ia menyampaikan, dari pengurangan atau pengangkutan melalui bank sampah yang ada di Kabupaten Tangerang, dalam satu bulannya petugas kebersihan setempat bisa mengangkut sampai itu sebanyak 10.000 ton.
Dengan begitu, volume sampah yang di tampung di TPA Jati Waringin dengan luas wilayah 21 hektare ini setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, meski pun kenaikannya tidak terlalu signifikan.
"Sekarang kondisi keterisian volume sampah di TPA itu kurang lebih sekitar 20 hektare yang telah terisi," ungkapnya.
Ia juga mengaku, Pemerintah Kabupaten Tangerang saat ini tengah melakukan upaya kerjasama dengan pihak swasta dalam menangani permasalahan sampah anorganik ini, agar nantinya dapat mengurangi tingkat volume sampah yang ada.
"Mudah-mudahan program pengurangan sampah ini bisa terealisasi di tahun 2022. Dan pak Bupati juga sudah berusaha mencari teknologi dalam pengelolaan sampah di TPA nanti," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022