Serang (AntaraBanten) - Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten terus membina petani cabai guna meningkatkan produksi di lahan terbatas, melalui kegiatan sekolah lapang, bimbingan teknis dan kegiatan pelatihan lainnya berkaitan dengan pemasaran dan pengelolaan keuangan.

"Mengelola cabai tidak mudah maka para petani melalui kelompok taninya harus dibina terus di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten Asep Mulya Hidayat di Serang, Jumat.

Menurut dia cara lain bisa juga melalui kerja sama dengan instansi terkait misalnya dengan Bank Indonesia menyangkut permodalan dan pengelolaan keuangan.

Asep didampingi Kepala Seksi Produksi Sayuran dan Tanaman Hias Dadang Jatnika dan Kasi Produksi Buah dan Aneka Tanaman Nurdin mengatakan Komoditas cabai besar maupun cabai rawit adalah kebutuhan pokok yang dapat memicu inflasi jika harganya melonjak tajam, seperti yang terjadi pada saat menjelang lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, kata dia, produksi cabai harus tersedia secara maksimal di Banten baik sebelum maupun setelah lebaran, dengan cara memberikan bantuan teknis kepada petani cabai agar mereka tidak beralih kepada usaha lainnya.

Ia mengakui komoditas cabai memang belum berkembang pesat di Provinsi Banten karena selain lahannya terbatas disebabkan adanya alih fungsi lahan, juga pengembangan tanaman itu memerlukan keahlian khusus terutama dari teknik menanam dan mengatasi gangguan tanaman seperti penyakit dan hama.

"Kendala dilapangan yaitu petani yang khusus menanam cabai masih kurang tingkat kemampuan teknologinya membudidayakan cabai, karena cabai termasuk bawang merah tingkat teknologinya lebih tinggi dibandingan jenis sayur-sayuran lainnya," kata Asep.

Tanaman cabai yang potensial tumbuh di Kecamatan Cikeusal, Kabupatan Serang dan Kelurahan Kadomas, Kabupaten Pandeglang, serta di Kabupaten Tangerang, jumlah produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan masyakarat Banten, walaupun tiap tahun mengalami peningkatan secara fluktuatif.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Banten menyebutkan luas tanam cabai besar pada 2011 mencapai 962 hektare, meningkat pada tahunb 2012 menjadi 797 hektare, dan tahun 2013 menurun menjadi 663 hektare. Cabai rawit luas tanam pada 2011 tercatat 670 hektare, turun pada 2012 menjadi 582 hektare dan tahun 2013 turun lagi menjadi 454 hektare.

Sementara produktivitas cabai besar pada 2011 tercatat 34,54 kuintal/hektare, kemudian berkat bimbingan dan pelatihan produktivitasnya meningkat tajam pada 2012 menjadi 79,54 kuintal/hektare dan tahun 2013 kembali naik menjadi 88,10 kuintal/hektare.

Sedangkan cabai rawit juga mengalami peningkatan cukup tajam, yaitu dari 46,10 kuintal/hektare pada 2011 menjadi 89,07 kuintal/hektare pada 2012 dan naik lagi menjadi 93,19 hektare pada 2013.

Kemudian produksinya, untuk cabai besar berkembang fluktuatif yang pada 2011 tercatat 3.323 ton, naik dua kali lipat pada 2012 menjadi 6.339 ton dan tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 5.841 ton.

Sedangkan cabai rawit juga mengalami peningkatan fuktuatif dari 3.089 ton pada 2011 menjadi 5.184 ton pada 2012 dan turun pada 2013 menjadi 4.231 ton. 

Asep mengatakan tanaman cabai termasuk bawang merah mendapat perhatian khusus dari Bank Indonesia (BI) kantor Perwakilan Provinsi Banten, dengan memberikan sejumlah bantuan baik bantuan terhadap sarana dan prasaran, juga pelatihan dan bimbingan teknis.

Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan belum lama ini pihaknya telah membantu alat produksi pertanian kepada empat kelompok petani kluster bawang merah di Desa Teluk Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, berupa hand tractor, mesin pompa air, dan bangunan gubuk tempat pembinaan para petani.

Selain bantuan alat pertanian, BI juga memberikan pendampingan dan pembinaan seperti pelatihan budidaya dan memberikan bibit bawang merah.

BI Banten juga pada tahun mendatang akan mendorong petani-petani tradisional Banten untuk bekerja sama dengan perusahaan besar dalam menampung hasil produksi.

"Tidak hanya itu, petani Banten diharapkan mampu menciptakan produk olahan hasil pertanian yang menjadi ciri khas daerah dan menjadi buah bibir penduduk di daerah lain," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014