Kapal panjang dan besar MV Alfa Harmony berbendera Yunani yang memuat sekitar 66 ribu ton gandum,  Rabu (27/8) bersandar di Dermaga 005 yang merupakan dermaga favorit di Pelabuhan Ciwandan Cilegon.

Antrean truk besar satu persatu masuk mendekati alat berat yang berada di pinggir dermaga, kemudian truk melaju setelah bak truk terisi penuh gandum asal Australia yang diturunkan dari 'crane' atau petugas bongkar menyebutnya GLC berbobot 40 ton tersebut.

"Satu truk besar ini hanya cukup dua keruk 'grabe' dari alat berat ini. Jadi rata-rata satu truk membawa 36 ton gandum," kata Sumarno salah seorang Formen Bongkar Muat di Terminal Pelabuhan milik PT Pelindo II Cabang Bante ini.

Sesekali Sumarno yang mengenakan rompi orange bertuliskan Pelindo II, serta dilengkapi seragam 'safety' memberi kode kepada sopir truk untuk segera melaju karena muatannya sudah penuh. Sebagian petugas lainnya juga sibuk memeriksa dokumen dan antrean truk yang mendekati dermaga di Pelabuhan tersebut.

Menurut Sumarno, alat berat untuk bongkar buat barang yang dimiliki Pelabuhan Ciwandan saat ini sudah cukup memadai dan efektif untuk menjalankan aktivitas bongkar buat, barang-barang curah seperti gandum, gula, jagung, bungkil termasuk biji besi yang merupakan barang curan non pakan yang biasa diturunkan di pelabuhan Milik Perusahaan Negara tersebut.

"Untuk bongkar satu kapal besar ini dengan isi sekitar 66 ribu ton, membutuhkan waktu sekitar enam hari. Itupun kalau angkutannya lancar, karena terkadang terkendala angkuta dibawah yang belum siap," kata Sumarno yang sudah belasan tahun bekerja di Pelabuhan Ciwandan.

Ia mengatakan selama ini hampir tidak pernah ada kapal-kapal yang akan bersandar di Pelabuhan tersebut, terkendala bongkar muat barang akibat pelayanan di dermaga yang belum siap. Kecuali jika ada dokumen-dokumen atau kelengkapan administrasi barang yang kurang lengkap, biasanya sedikit terhambat karena pihak Pelabuhan tidak bisa menurunkan atau menaikan barang tanpa kejelasan dokumen yang dimilki oleh pemilik barang atau perusahaan jasa angkutan pelayaran (Agen Pelayaran).

Sumarno mengatakan alat berat 'Crane' atau GLC yang dioperasikan di dermaga tersebut sebanayak tujuh unit, dengan rata-rata kemampuan mengangkut barang 400 ton per jam serta bekerja 24 jam jika kondisi sedang sibuk, akibat banyaknya kapal yang menurunkan barang.

"Kami selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik, supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Karena jika pelayanan bongkar muat barang terhambat, tidak hanya pengusaha yang rugi, tetapi masyarakat juga akan terkena dampaknya," kata Sumarno.

Pelabuhan Pintu Gerbang Negara

Supervisor Usaha Terminal PT Pelindo II Cabang Banten Ade Rahmawijaya mengatakan,jika melihat secara menyeluruh, saat ini sudah makin banyak perubahan di Pelabuhan Ciwandan, jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Baik dari segi pelayanan, infrastruktur dan juga peralatan pendukung lainnya yang dimiliki. pihaknya terus berupaya melakukan pembenahan sebagai bagian dari transpormasi budaya kerja dan memberikan pelayanan prima kepada 'customer'.

"Apa yang diinginkan pelanggan, kita berikan semuanya. Kami terus melakukan pembenahan di dalam. Karena jika ada masukan atau ide demi kemajuan perusahaan, bisa disampaikan langsung kepada pimpinan," kata Ade.

Menurut dia, dari sisi pelayanan juga semakin lebih baik, karena biasanya dulu masih ada kapal yang menunggu atau menganteri hingga satu pekan untuk bersandar karena lambatnya pelayanan. Sekarang hampir tidak ada lagi, kecuali ada hal-hal tertentu yang tidak terkait dengan pelayanan bongkar muat.

Ade mengatakan sejak disahkan UU Kepelabuhanan, tidak secara 'de facto' Peldindo yang paling berkuasa berkaitan dengan kepelabuhanan. Sebab sekarang ada kesempatan semua pihak bisa memiliki pelabuhan sesuai UU tersebut.

Sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan dan pasar, kata Ade, pihaknya terus berupaya melakukan terobosan-terobosan supaya tidak ketinggalan jaman, dengan melakukan riset terhadap customer, survey pasar dan melakukan penjajakan-penjajakan ke kalangan indusrti untuk mengetauhi 'trend' barang yang dibutuhkan kalangan industri dan masyarakat pada saat ini. Dengan demikian, pihaknya akan memudahkan untuk membuat inovasi dalam memeberikan pelayanan dan segi peralatan yang harus dimiliki.

"Misalnya saat ini barang yang banyak turun itu, barang impor curah kering, kami harus bisa menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Sebab di Pelabuhan ini konsep operasionalnya konvensional, lebih banyak kendala karena pelabuhan curah. Berbeda dengan operasional di Pelabuhan Peti Kemas, itu lebih sederhana," kata Ade.

Transformasi cultur itu, kata dia, adalah 'agen change', yakni dengan melakukan terobosan-terobosan dan melihat kondisi yang ada seperti halnya di Pelabuhan Ciwandan ini, yang merupakan pelabuhan curah. Perlu ada perawatan pada customer supaya mengetahui kondisi mereka di perusahaannya seperti apa. Dengan demikian, sedikit banyak bisa memberikan solusi-solusi jika ada sedikit kendala berkaitan dengan kebutuhan barang.

"Barang yang paling banyak turun di Pelabuhan ini curah kering, pakan dan non pakan, curah kering non pakan seperti batu bara, biji besi serta general cargo. Produksi kami rata-rata 250 ribu ton setiap bulan dengan rata-rata 25 sampai 30 unit kapal yang sandar," katanya.

Salah satu upaya pengembangan yang akan dilakukan kedepan oleh pihak Pelabuhan Ciwandan, termasuk dalam menghadapi program tol yang disampaikan salah satu pasangan Capres-Cawapres pada Pilpres Juli lalu, atau istilah lain yang mereka sebut Pendulum Nusantara.

Pihak PT Pelindo II Cabang Banten akan membangun gudang berkapasitas 60 ribu ton dengan luas areal sekitar satu hektar yang disiapkan. Pelabuhan Ciwandan Cilegon siap membangun gudang berkapasitas sekitar 60 ribu ton untuk menampung barang-barang yang turun di pelabuhan guna mengantisipasi jika ada kendala angkutan truk dan gangguan cuaca.

"Selama ini barang-barang curah itu langsung diangkut dari kapal ke atas truk. Namun kadang menghadapi kendala, jika truk tersebut terhambat dalam perjalanan atau ada kemacetan," kata Ade Rahmawijaya.

Gudang untuk barang-barang curah tersebut nantinya akan dibangun dekat dermaga 005 dengan luas areal yang disiapkan sekitar satu hektar. Gudang tersebut nantinya bisa dipakai untuk menampung barang-barang curah jenis pakan seperti gandung, jagung, kedelai, gula dan juga untuk barang-barang non pakan.

PT Pelindo II Cabang Banten menargetkan pembangunan gudang tersebut bisa mulai pada awal 2015 dan 2015 akhir sudah bisa dioperasikan. Kendala selama ini dalam pelayanan di Pelabuhan terkadang berhadapan dengan masalah angkutan kendaraan truk yang biasanya tidak tepat waktu datang ke lokasi. 

Kendala transportasi tersebut berkaitan dengan ketersediaan jumlah angkutan, kemacetan dan juga kendala lain dalam perjalanan untuk mengantar barang.

Sehingga jika sudah ada gudang, proses bongkar muat barang tersebut tidak terhambat oleh ketersediaan angkutan truk yang datang ke Pelabuhan. Sebab, barang yang datang bisa langsung diturunkan ke gudang, kemudian nanti truk angkutan barang bisa membawa barang tersebut dari gudang.

Penyediaan gudang di Pelabuhan tersebut juga sebagai salah satu infrastruktur dalam upaya mendukung program tol laut atau pendulum nusantara, jika program yang termasuk visi-misi capres-cawapres tersebut, direalisasikan oleh Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Jusuf Kalla.

Ade menuturkan, program 'Tol Laut' yang disampaikan dalam visi misi salah satu pasangan capres-cawapres, adalah sama dengan istilah lain yakni 'Pendulum Nusantara' yang dicetuskan pimpinannya di PT Pelindo R.J. Lino.

Pendulum Nusantara adalah sebuah sistem transportasi barang dengan menggunakan kapal ukuran besar, melewati sebuah jalur laut dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, singgah di pelabuhan-pelabuhan besar secara rutin untuk menaikkan dan menurunkan barang.

Dengan demikian, nantinya program tersebut akan mampu menekan harga barang-barang yang terlampau mahal, akibat tingginya biaya trasnportasinya seperti yang dialami masyarakat yang ada di daerah Timur Indonesia seperti Papua.

Karena pola gerakan atau angkutan barang melalui kapal yang terus bergerak dari barat ke timur dan kemudian berbalik timur ke barat, seperti gerakan sebuah pendulum ketika digoyangkan, maka program ini disebut 'Pendulum Nusantara'.

"Kita harus siap. Konsep ini jika jadi dilaksanakan, akan merata di seluruh Indonesia," katanya.

Akan tetapi, pihaknya juga menyayangkan transpormasi budaya kerja atau trasnspormasi kultur sekarang ini, baru dilaksanakan di internal Pelindo. Sebab masyarakat sekitar Pelabuhan belum bisa melaksanakan, sehingga perlu meningkatkan budaya kerja seperti bagi para buruh bongkar muat warga yang ada di sekitar pelabuhan.

Perlu adanya kesepahaman dari pihak terkait di pelabuhan, untuk bisa profesional dan berintegritas. Sebab, pelabuhan adalah pintu gerbang negara, baik buruk kondisi bangsa kita akan terlihat orang lain, saat bertemu di Pelabuhan.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014