Jakarta (Antara News) - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Didi Tarsidi mengatakan, perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan akses pekerjaan kepada penyandang tunanetra.


"Memang sudah ada beberapa perusahaan yang memberikan kesempatan kepada penyandang tunanetra namun jumlahnya masih terbatas," kata Didi yang juga pengajar di Universitas Pendidikan Indonesia di Jakarta, Rabu.

Perusahaan seperti Standard Chartered Bank dan beberapa media massa telah memperkerjakan penyandang tunanetra, seharusnya hal ini dapat diikuti perusahaan-perusahaan lain di Indonesia.

Ditemui pada Kongres Musyawarah Nasional VIII PERTUNI, Didi mengatakan, berbeda dengan beberapa negara maju penyandang tunanetra justru mendapat kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan bahkan negara ikut memberikan dukungan.

Didi mengatakan, Indonesia sudah memberikan kesetaraan dalam dunia pendidikan kepada penyandang tunanetra baik melalui SLB, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi namun akan percuma saja kalau mereka tidak diberikan kesempatan untuk berkerja.

Sejauh ini pekerjaan yang diberikan kepada penyandang tunanetra barulah yang sifatnya keterampilan yang membutuhkan ketelitian seperti tukang pijat atau tukang anyam, padahal banyak dari mereka yang memiliki keahlian tidak kalah dengan orang normal, kata Didi.

"Standard Chartered Bank bahkan menempatkan penyandang  tunanetra dalam posisi penting yakni sebagai sekretaris direksi karena yang bersangkutan menguasai beberapa bahasa asing," ujar dia.

Didi mengatakan, regulasi untuk memberikan kesempatan yang sama bagi penyandang tuna netra sudah lebih dari cukup hanya saja harus ada kemauan dalam pelaksanaannya.

Beberapa negara bertanggungjawab menyediakan alat bantu bagi penyandang tuna netra yang berkerja dalam suatu perusahaan.

Apabila perusahaan tersebut yang menyediakan alat bantu, maka pemerintah akan memberikan insentif misalnya dengan memberikan keringanan pajak, hal seperti ini seharusnya dapat diadopsi di Indonesia, kata Didi.

"Sebenarnya untuk menghitung kebutuhan alat bantu bagi penyandang tunanetra sangat mudah atau menurut perkiraan sekitar 2,5 juta atau 1 persen dari total penduduk Indonesia," ujar Didi yang tengah melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar profesor.

Munas PERTUNI VIII 26 - 28 Agustus 2014 dibuka Wakil Presiden Boediono diikuti 500 peserta mewakili 32 dewan pengurus daerah serta seluruh kegiatan ini mendapat dukungan Standard Chartered Bank dan sejumlah organisasi nirlaba.

Standard chartered Bank ikut terlibat dalam penyelenggaraan Munas PERTUNI karena kepedulian perusahaan ini terhadap penyandang tunanetra.

Bahkan perusahaan ini memiliki program CSR "seeing is believing" yakni program global untuk membantu mengatasi kebutaan yang dapat dicegah dan disembuhkan.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014