‎Jakarta (Antara News) - Analis memperkirakan industri baja nasional masih memiliki peluang ditengah krisis di sektor ini sebagai akibat kinerja negatif yang dialami sejumlah perusahaan baja dunia.


"Kinerja negatif perusahaan baja dunia masih berlanjut pada kuartal I 2014 sehingga dapat mengancam industri baja nasional untuk itu kita harus mampu menangkap peluang," kata analis pasar modal dan pengamat ekonomi Yanuar Rizki di Jakarta, Rabu.

Data perusahaan baja dunia masih merugi pada semester I 2014 seperti Kinsteel Malaysia (minus US$ 29,8 juta), Dongkuk Steel Korea ( minus US$ 56,4 juta), Dongbu Steel Korea (minus US$ 61,9 juta), Izmir Demir Celik Turki (minus US$ 2,7 juta), Xinyu China (minus US$ 3,6 juta), Raukaruuki Finlandia (minus US$ 25,4 juta), Salzgitter AG Jerman (minus US$ 18,9 juta), AK Steel Amerika (minus US$ 86,1 juta), dan ArcelorMittal (minus US$ 205 juta). 

"Kerugian industri besi dan baja dunia dipengaruhi masih berlanjutnya konsolidasi finansial sebagai akibat krisis keuangan global tahun 2013," kata  Yanuar.

Apalagi, kata dia, sektor konstruksi sebagai pasar terbesar industri baja juga ikut-ikutan mengalami perlambatan pada tahun ini, sehingga membuat industri baja sulit untuk kembali pulih.

Yanuar mengatakan, meskipun industri baja dunia tengah mengalami kesulitan, seharusnya industri baja nasional tetap optimistis mengingat gap infrastruktur di Indonesia masih sangat besar.

"Kalau melihat kebutuhan infrastruktur di Indonesia yang masih besar seharusnya dapat menjadi peluang bagi produsen baja untuk menggarap pasar di dalam negeri," ujar Yanuar.

Yanuar menilai perlu ada keterlibatan pemerintah untuk mereformasi pembangunan infrastruktur agar bisa bergerak cepat, sehingga dapat turut memulihkan pasar baja di dalam negeri.

Sedangkan Direktur Eksekutif Indonesia Industry Steel and Iron Association (IISIA) Hidayat Trisepoetro mengatakan, selain peluang di sektor infrastruktur, pemerintah diharapkan juga memperketat pengawasan beredarnya produk besi dan baja tidak legal. "Kita harus tetap optimistis menyikapi perkembangan iklim industri baja dunia, semoga siklus pasar segera mengarah positif lagi," kata Hidayat.

Hidayat mengatakan, di tengah-tengah kinerja baja dunia yang belum membaik, produsen baja di dalam negeri harus fokus untuk mengembangkan pasar di dalam negeri.

"Saya yakin pemerintah baru mendatang akan memperhatikan serta mempercepat pembangunan infrastruktur sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Hidayat.

Hidayat mengatakan, untuk menggarap pasar nasional harus juga dibarengi dengan langkah-langkah penertiban terhadap impor baja, di antaranya melalui penegakan hukum untuk melarang besi dan baja impor yang tidak sesuai SNI, memberantas praktek-praktek tidak "fair" impor baja, dan memperketat pengawasan perdagangan baja impor.

"IISIA juga mendorong produsen baja untuk berinvestasi di industri menengah dan hilir untuk mengisi kekurangan pasokan baja yang selama ini masih impor, karena domestik belum mampu memenuhinya," kata Hidayat.

Hidayat juga berharap pemerintah mendatang dapat lebih tegas lagi untuk memperbesar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk proyek-proyek yang dibiayai dari APBN/ APBD.

Hidayat mengatakan, IISIA sudah mendisain rencana ke depan untuk mendukung pembangunan di Indonesia bekerjasama dengan pemerintah.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014