Jakarta (Antara News) - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa memanfaatkan biomassa sebagai sumber energi alternatif untuk mensubstitusi penggunaan batubara, serta secara bertahap mengurangi pemakaian energi listrik.


Terkait upaya melakukan substitusi energi tersebut Semen Indonesia berhasil meraih Penghargaan Energi Pratama dari Kementerian ESDM sebagai apresiasi atas upaya perseroan dalam melakukan diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan biomas sebagai bahan bakar alternatif, serta berperan aktif dalam pengembangan teknologi baru dan inovasi di bidang energi.

”Penghargaan ini sekali lagi membuktikan komitmen dan kerja nyata Semen Indonesia dalam melaksanakan konsep bisnis yang berkelanjutan,” kata Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto di Jakarta, Senin.

Dwi menjelaskan, industri semen merupakan industri yang padat energi, termasuk konsumsi batubara yang merupakan sumber energi tidak terbarukan. 

"Melalui pemanfaatan biomass, kami mempunyai tujuan ganda, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan sekaligus meningkatkan efisiensi biaya operasional, yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas Perseroan," tambahnya.

Menurut Dwi, pemanfaatan biomass mampu memberi stimulus bagi perekonomian masyarakat lokal, karena didatangkan dari wilayah sekitar pabrik, antara lain Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan Rembang (Jawa Tengah). 

"Pemanfaatan biomass juga berfungsi mengurangi emisi gas rumah kaca untuk meminimalisasi dampak pemanasan global," ujarnya.

Dwi mengatakan, setiap tahun perusahaan selalu meningkatkan penggunaan biomass sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi pemakaian batubara. Jenis biomass yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif adalah sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa (cocopeat) dan limbah tembakau. 

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk empat unit pabrik semen di Tuban, secara bertahap dapat ditingkatkan menjadi 3 persen dari kebutuhan bahan bakar batubara rata-rata 2.000 ton per hari. 

Pemakaian biomass sekaligus dapat mengurangi emisi gas CO2 hingga 15.034 ton eq CO2 setiap tahunnya.

Sumber lain bahan bakar alternatif adalah sampah perkotaan yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat. PT Semen Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik dan Pemerintah Kabupaten Tuban untuk pemanfaatan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif yakni refuse derived fuel (RDF). 

Untuk merealisasikannya perusahaan menggandeng Japan Fero Engineering (JFE) dan New Energi Foundation (NEF) sebagai mitra kerja. Potensi sampah perkotaan yang dapat dimanfaatkan mencapai 300 ton  perhari dan mulai diterapkan seiring beroperasinya Pabrik Tuban IV.

PT Semen Tonasa mengembangkan pemanfaatan sorgum sebagai bahan bakar nabati. Perusahaan bekerjasama dengan PTPN XIV melakukan penanaman sorgum pada lahan seluas 1,9 hektar. 

Secara bertahap luas penanaman sorgum akan ditingkatkan hingga 20 di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pemanfaatan sorgum diharapkan dapat menggantikan pemakaian batubara, sehingga akan menekan biaya produksi hingga 50 persen sekaligus mereduksi emisi CO2.

Sejak 25 Februari 2011, pelaksanaan CDM di Pabrik Tuban dan Pabrik Tonasa telah terintegrasi di United Nations Frame Work Convention on Climate Change (UNFCCC). Selanjutnya dilakukan tahapan verifikasi Certified Emmission Reduction (CER) pada akhir tahun 2013. 

Emisi dihitung dengan besarnya ekuivalen substitusi emisi gas karbon (CO2) yang dikompensasi melalui mekanisme perdagangan karbon kredit (carbon credit trading). Potensi penerimaan melalui transaksi Reduksi Emisi Tersertifikasi atau Certified Emission Reduction (CER) pada tahun 2011-2012 mencapai 60.000 CER, dengan nilai 1 CER setara 1-5 Euro.

Selain biomas, saat ini Perseroan sedang mengembangkan teknologi di bidang energi terbarukan yakni proyek Waste to Zero, pemanfaatan sampah kota sebagai bahan bakar alternatif (Refused Derivatif Fuel) dan pProyek WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generator) Pabrik Tuban, pemanfaatan gas panas buang dari proses pembakaran sebagai pembangkit tenaga listrik.    

"Kita tidak berhenti di sini saja, saat ini kita sedang melaksanakan dua proyek sekaligus, yaitu pemanfaatan sampah kota sebagai bahan bakar alternatif (Waste to Zero) dan pemanfaatan gas panas buang dari produksi sebagai pembangkit  tenaga listrik dengan output sebesar 30 MW," tambah Dwi.

"Era bisnis saat ini adalah era yang peduli dan punya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap lingkungan. Bagi kami di Semen Indonesia prinsipnya adalah better environment for many, better achievement for company. Terbukti bahwa pengelolaan energi yang baik mampu menjaga alam kita sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan," ujar dia.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014