Seiring booming teknologi digital yang memberikan solusi bagi kehidupan masyarakat di era pandemi, kalangan ekonom dan analis menilai kualitas layanan, kecepatan, dan keamanan data akan menjadi tantangan utama ke depan.
Perkembangan ekonomi digital dinilai akan terhambat ketika industri telekomunikasi tidak mampu tumbuh secara optimal, yang bisa disebabkan karena kualitas masih buruk.
Baca juga: Digitalisasi ekosistem pasar tingkatkan daya saing pedagang, kata Airlangga
Peneliti dan Ekonom Indef Nailul Huda menilai industri teknologi digital dan industri telekomunikasi merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan dari satu sama lain. Sebagai contohnya ketika pandemi kemarin, industri atau ekonomi digital kita melesat yang menyebabkan sektor ekonomi telekomunikasi dan informasi masih mampu tumbuh dua digit.
"Jadi keduanya mampu menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme. Perkembangan ekonomi digital juga akan terhambat ketika industri telekomunikasi tidak mampu tumbuh secara optimal, yang bisa disebabkan karena kualitas masih buruk,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu.
Menurut dia, terkait kualitas yang masih buruk, salah satu indikatornya adalah kecepatan internet di Indonesia yang masih masuk dalam urutan bawah di antara negara-negara di dunia. “Belum lagi ketika ada masalah di infrastruktur internet kita, maka internet juga akan mengalami masalah yang cukup signifikan seperti terputusnya jaringan internet,” paparnya.
Terlebih lagi, lanjut dia, di fixed broadband yang dinilai masalahnya sangat besar karena terkait dengan kondisi geografis dan biaya infrastruktur. Peningkatan kualitas sudah tak bisa lagi dibohongi, dan justru masyarakatlah yang harus memberikan kontrol terbaik tentang kualitas. Sehingga tak ada lagi yang memberikan kualitas buruk kepada pelanggan.
Di sinilah, kata dia, perlunya kolaborasi pemerintah sebagai regulator dan pengawas untuk dalam masalah kualitas, kecepatan, serta keamanan data. Dari sisi infrastruktur dan bisa berhadapan dengan kondisi geografis Indonesia. Pemerintah perlu menjadi lead untuk menata jaringan bawah laut misalnya.
Senada, Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengingatkan ancaman keamanan data di era booming teknologi digital saat ini. “Saat ini hampir semua industri menggunakan teknologi digital sebagai backbone inovasi, mulai dari e-commerce, smart factory, smart city, smart farming, smart health, smart banking/digital banking,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, booming itu perlu diawasi karena adanya ancaman keamanan data. Menurut dia, makin besar penggunaan teknologi digital oleh masyarakat, maka kerentanan terhadap keamanan data makin tinggi pula.
“Dalam kondisi pandemi semacam ini, yang menuntut masyarakat bekerja dari rumah (atau darimana saja), terbukti tidak menganggu pertumbuhan ekonomi. Namun, jangan salah, ada ancaman keamanan data yang perlu diawasi. Ini sangat rentan,” tuturnya.
Alfred menilai keamanan data menjadi keniscayaan di era booming teknologi digital. Industri telekomunikasi, kata dia, harus diperkuat dengan realitas bahwa service of quality harus terus dikedepankan. Sudah waktunya negeri ini mentransformasi mindset bahwa kualitas, kecepatan, dan keamanan data di sektor teknologi digital menjadi keniscayaan.
“Jangan selalu ‘membodohi’ masyarakat dengan iklan murah, namun service kedodoran. Keamanan data menjadi suatu keharusan. Jangan sampai terabaikan hanya gara-gara ingin harga murah,” paparnya.
Menurut dia, kecepatan, kualitas, dan keamanan data sudah tak bisa lagi ditutup-tutupi, bahkan masyarakatlah yang harus memberikan control terbaik tentang itu. “Sehingga tak ada lagi industri telko yang memberikan ‘kucing dalam karung’ kepada pelanggan,” jelasnya.
Dengan menyadari anatomi bisnis ini, lanjut dia, maka industri telko akan berjalan realistis. Industri telko juga membutuhkan ‘maintenance’ yang tidak murah, yang akhirnya tercermin dari layanan terbaik dalam hal kecepatan, kualitas, dan keamanan data.
“Industri telko jangan sampai terjebak dengan mengkampanyekan layanan murah saja, tanpa kualitas dan keamanan data yang terjamin,” ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
Perkembangan ekonomi digital dinilai akan terhambat ketika industri telekomunikasi tidak mampu tumbuh secara optimal, yang bisa disebabkan karena kualitas masih buruk.
Baca juga: Digitalisasi ekosistem pasar tingkatkan daya saing pedagang, kata Airlangga
Peneliti dan Ekonom Indef Nailul Huda menilai industri teknologi digital dan industri telekomunikasi merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan dari satu sama lain. Sebagai contohnya ketika pandemi kemarin, industri atau ekonomi digital kita melesat yang menyebabkan sektor ekonomi telekomunikasi dan informasi masih mampu tumbuh dua digit.
"Jadi keduanya mampu menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme. Perkembangan ekonomi digital juga akan terhambat ketika industri telekomunikasi tidak mampu tumbuh secara optimal, yang bisa disebabkan karena kualitas masih buruk,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu.
Menurut dia, terkait kualitas yang masih buruk, salah satu indikatornya adalah kecepatan internet di Indonesia yang masih masuk dalam urutan bawah di antara negara-negara di dunia. “Belum lagi ketika ada masalah di infrastruktur internet kita, maka internet juga akan mengalami masalah yang cukup signifikan seperti terputusnya jaringan internet,” paparnya.
Terlebih lagi, lanjut dia, di fixed broadband yang dinilai masalahnya sangat besar karena terkait dengan kondisi geografis dan biaya infrastruktur. Peningkatan kualitas sudah tak bisa lagi dibohongi, dan justru masyarakatlah yang harus memberikan kontrol terbaik tentang kualitas. Sehingga tak ada lagi yang memberikan kualitas buruk kepada pelanggan.
Di sinilah, kata dia, perlunya kolaborasi pemerintah sebagai regulator dan pengawas untuk dalam masalah kualitas, kecepatan, serta keamanan data. Dari sisi infrastruktur dan bisa berhadapan dengan kondisi geografis Indonesia. Pemerintah perlu menjadi lead untuk menata jaringan bawah laut misalnya.
Senada, Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengingatkan ancaman keamanan data di era booming teknologi digital saat ini. “Saat ini hampir semua industri menggunakan teknologi digital sebagai backbone inovasi, mulai dari e-commerce, smart factory, smart city, smart farming, smart health, smart banking/digital banking,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, booming itu perlu diawasi karena adanya ancaman keamanan data. Menurut dia, makin besar penggunaan teknologi digital oleh masyarakat, maka kerentanan terhadap keamanan data makin tinggi pula.
“Dalam kondisi pandemi semacam ini, yang menuntut masyarakat bekerja dari rumah (atau darimana saja), terbukti tidak menganggu pertumbuhan ekonomi. Namun, jangan salah, ada ancaman keamanan data yang perlu diawasi. Ini sangat rentan,” tuturnya.
Alfred menilai keamanan data menjadi keniscayaan di era booming teknologi digital. Industri telekomunikasi, kata dia, harus diperkuat dengan realitas bahwa service of quality harus terus dikedepankan. Sudah waktunya negeri ini mentransformasi mindset bahwa kualitas, kecepatan, dan keamanan data di sektor teknologi digital menjadi keniscayaan.
“Jangan selalu ‘membodohi’ masyarakat dengan iklan murah, namun service kedodoran. Keamanan data menjadi suatu keharusan. Jangan sampai terabaikan hanya gara-gara ingin harga murah,” paparnya.
Menurut dia, kecepatan, kualitas, dan keamanan data sudah tak bisa lagi ditutup-tutupi, bahkan masyarakatlah yang harus memberikan control terbaik tentang itu. “Sehingga tak ada lagi industri telko yang memberikan ‘kucing dalam karung’ kepada pelanggan,” jelasnya.
Dengan menyadari anatomi bisnis ini, lanjut dia, maka industri telko akan berjalan realistis. Industri telko juga membutuhkan ‘maintenance’ yang tidak murah, yang akhirnya tercermin dari layanan terbaik dalam hal kecepatan, kualitas, dan keamanan data.
“Industri telko jangan sampai terjebak dengan mengkampanyekan layanan murah saja, tanpa kualitas dan keamanan data yang terjamin,” ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022