Tangerang (AntaraBanten) - Pemerintah Kota Tangerang kembali menggelar Festival Cisadane, pada 11 - 15 Juni 2014. Sebelum acara puncaknya, Festival Cisadane terlebih dahulu diikuti dengan Perayaan Peh Cun yang tak lain sebagai cikal bakal lahirnya perhelatan tahunan seni dan budaya di Kota Tangerang, yaitu Festival Cisadane.

“Festival ini salah satu bentuk akulturasi budaya lokal dan tionghoa. Banyak pesan serta manfaat yang terkandung didalam­nya. Kami akan pertahankan tradisi ini,” papar Walikota.

Festival Cisa­dane secara historis lahir dari adanya upacara Peh Cun. Peh Cun secara harfiah berarti mendayung perahu, yang dilatar belakangi oleh sebuah sejarah seorang pejabat negeri Cho Dinasti Ciu di negeri Tiongkok yang bernama Khut Guan, Pejabat yang jujur, setia kepada negara dan sangat disegani. Rangkaian kegiatan Peh Cun sendiri meliputi sembahyang di Klenteng, dilanjutkan dengan ritual naik ke kapal menuju Sungai Cisa­dane.

Di atas kapal yang di sekeliling­nya dikawal sejumlah perahu naga, warga keturunan Tionghoa melempar bacang dan tabur bunga ke sungai. Tak hanya itu, warga juga melakukan ritual membakar replika naga merah dan hijau, lalu abunya dibuang di tengah sungai serta ritual mendiri­kan telur ayam hingga tegak di salah satu sisinya yang meruncing. Tra­disi menegakkan telur ini dilakukan hanya pada hari tertentu, yakni saat Toan Ngo. Pada pukul 11.00 sampai 13.00 diyakini telur bisa berdiri. Saat itulah umat Tionghoa di Tangerang dan sekitarnya merayakan Peh Cun. Tradisi ini bertepatan dengan tang­gal 5 bulan 5 dalam kalender Imlek.

Malam sebelum puncak perayaan Peh Cun, warga keturunan Tionghoa akan memandikan perahu keramat berupa dua (2) perahu naga (liong) dan 2 perahu pak-pak. Pemandian perahu keramat ini dilakukan di Kongco atau kelenteng kecil di Jalan Iman Bonjol, Karawaci, Tangerang. Ritual ini san­gat dinanti-nanti warga. Mereka akan berdesak-desakan untuk mendapat­kan air bekas pemandian perahu itu karena dipercaya membawa berkah.

Selanjutnya, pada puncak perayaan dilakukan persembahyangan Twan Yang di mana warga keturunan Tionghoa akan melepaskan bebek ke Sungai Cisadane untuk diperebutkan. Pelepasan bebek dari sangkar ini ber­tujuan membuat hidup orang terbe­bas dari kesialan serta dapat melan­jutkan kehidupan dengan damai dan tentram. Perahu keramat yang terbuat dari sepotong kayu keramat ditemukan seorang warga Tionghoa di Tangerang pada akhir abad ke-19. Selanjutnya, replika perahu keramat itu dibuat tahun 1912 yang kemu­dian digunakan untuk perlombaan di perayaan Peh Cun yaitu Lomba Perahu Naga.

Perayaan Peh Cun di Tangerang sendiri diperkirakan mulai dilaksanakan Tahun 1910. Saat itu, sungai-sungai di Jakarta sudah men­dangkal sehingga perayaan dipindah­kan ke Tangerang. Sungai Cisadane yang luas sehingga Tangerang dinilai memenuhi syarat melaksanakan per­ayaan Peh Cun. Tahun 2000, setelah mendapat kebebasan untuk berek­spresi, Pemerintah Kota Tangerang mengangkat kembali tradisi ini yang dikemas dalam Festival Cisadane. Festival ini diselenggarakan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Tangerang bekerja sama dengan warga dan komunitas Tionghoa di Tangerang.

Walikota Tangerang H. Arief R. Wismansyah menuturkan festival ini terus berkem­bang dengan tetap mengusung slo­gan pesta rakyat dan budaya rakyat karena selain menampilkan budaya Tionghoa juga turut menampilkan kebudayaan dari sejumlah wilayah lain, seperti Betawi, Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan dan lainnya yang ada di Kota Tangerang.

Walikota menegaskan kembali festival ini akan terus digelar sebagai upaya me­lestarikan keragaman budaya yang ada di Kota Tangerang yang dihuni berbagai pendatang baik dari etnis China, Betawi, Jawa, dan kelompok etnis lainnya. Dengan adanya festi­val ini, masyarakat juga diajak untuk menjaga kebersihan Sungai Cisadane sekaligus menjaga, memelihara, dan melestarikan budaya setempat.

Wa­likota beserta Plt. Gubernur Banten, Rano Karno membuka acara Festival Cisadane ini pada Rabu (11/06) ba’da ashar dengan turut didampingi para jajaran pejabat di lingkungan Pemer­intahan Kota Tangerang. Reog Pono­rogo serta Sanggar Paguyuban Seni Budaya yang ada di Kota Tangerang akan mengawali pembukaan Festival yang akan di gelar di Jl. Let. Jend Suprapto ini. Festival Cisadane kali ini, akan lebih spesial dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya kar­ena akan turut diikuti peserta perahu naga dari Negara Malaysia, Brunei Darussalam, beberapa provinsi yang ada di Indonesia serta tak ketinggalan peserta dari sekitar Tangerang.

Selain lomba perahu naga international, dan lokal, berbagai acara lain pun turut digelar sehingga akan semakin me­nyemarakkan Festival ini yaitu, lom­ba tari kreasi, lomba dance, lomba karaoke dangdut, festival band, pam­eran produk serta kuliner dan akan tu­rut di meriahkan oleh Band Pas Band, Jiung, D’Addick, Bizzink serta artis lokal Kota Tangerang.

Dalam Festi­val Cisadane kali ini juga akan dilak­sanakan Car Free Night atau Malam Bebas Kendaraan Bermotor. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya polusi udara sekaligus memberikan kenyamaan bagi para pengunjung fes­tival cisadane. Ditambahkannya per­ayaan Festival Kali Cisadane kede­pan diharapkan akan lebih meriah dan menarik dengan adanya proyek penataan Kali Cisadane. “Sehingga nanti Bantaran Kali akan lebih rapi dan menarik,” ujarnya. Dengan Fes­tival Cisadane ini diharapkan akan semakin membangkitkan tradisi bu­daya dan kesenian masyarakat Kota Tangerang sekaligus menjadi daya tarik bagi dunia pariwisata di Kota Tangerang sehingga para wisatawan dalam maupun luar negeri pun akan datang mengunjungi Kota Tangerang. (Advertorial)

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014