Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menjamin bahwa dalam jajaran kepengurusan PBNU masa khidmat 2022-2027 tidak akan ada perlakuan istimewa terhadap partai politik (Parpol) tertentu.
"Sebagaimana kita tegaskan sebelumnya, kita ambil jarak secara sama dan setara dengan berbagai sudut kepentingan politik di sekitar kita," ujar pria yang akrab disapa Gus Yahya ini saat mengumumkan jajaran kepengurusan PBNU di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Hukuman apa yang cocok untuk pelaku pemerkosa santri?, kalau Sekjen PBNU minta dikebiri
Dalam jajaran PBNU yang baru, sejumlah kader partai politik muncul dalam struktur kepengurusan. Mereka di antaranya Nusron Wahid yang merupakan politikus Partai Golkar, Khofifah Indar Parawansa dari PKB, hingga Mardani Maming dari PDIP Perjuangan.
Nusron menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU, Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua (Tanfidziyah) PBNU, sedangkan Mardani Maming sebagai Bendahara Umum. Menurut Yahya, dengan mengakomodasi berbagai kader Parpol, maka akan membuat PBNU semakin mudah dalam pengawasan dan menjaga satu sama lain.
Dikatakannya justru apabila jajaran pengurus PBNU bersih dari orang-orang partai, akan ada saja pihak-pihak lain yang mencoba memasukkan kepentingan politisnya ke tubuh PBNU. Di samping itu, akan membuat PBNU kesulitan dalam mengawasinya.
"Kalau mereka bertindak dan menyampaikan sesuatu yang miring terhadap kepentingan politik masing-masing, itu bisa langsung ketahuan," kata dia.
Yahya ingin PBNU memiliki jarak yang sama dan setara dengan Parpol dan menghapus stigma bahwa PBNU merupakan kepanjangan tangan dari salah satu Parpol. Karena sebelum-sebelumnya, PBNU sering dikaitkan memiliki kedekatan yang intim dengan PKB termasuk dalam hal kebijakan-kebijakan.
"Kita lakukan dengan cara mengakomodasi elemen-elemen kepentingan dari berbagai macam sudut politik itu dalam kepengurusan. Biar bisa mengontrol biar jarak antara PBNU dan Parpol sama antara satu dengan yang lain," kata dia.
Selain kader Parpol, PBNU juga membuat terobosan dengan memasukkan tokoh-tokoh perempuan dalam susunan kepengurusan. Beberapa perempuan yang masuk kepengurusan PBNU di antaranya adalah di jajaran Mustasyar ada Nafisah Sahal Mahfudz, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid (Istri Gus Dur), dan Mahfudloh Ali Ubaid.
Pada jajaran A’wan (pembantu Rais Aam) di antaranya, Nafisah Ali Masum, Badriyah Fayumi, dan Ida Fatimah Zaenal. Sementara di jajaran Tanfidziyah ada nama Khofifah Indar Parawansa serta Alissa Qotrunnada Wahid (putri Gus Dur) sebagai Ketua.
"Ada masalah-masalah besar terkait isu perempuan. Kita ajak tokoh perempuan yang paling tangguh dan kuat, seperti ibu Khofifah yang nanti akan kita andalkan juga Ibu Alissa," kata Yahya.
Munculnya nama-nama tokoh perempuan menjadi tonggak sejarah bagi PBNU yang selama ini jarang sekali memasukan nama perempuan dalam posisi strategis dalam organisasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Sebagaimana kita tegaskan sebelumnya, kita ambil jarak secara sama dan setara dengan berbagai sudut kepentingan politik di sekitar kita," ujar pria yang akrab disapa Gus Yahya ini saat mengumumkan jajaran kepengurusan PBNU di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Hukuman apa yang cocok untuk pelaku pemerkosa santri?, kalau Sekjen PBNU minta dikebiri
Dalam jajaran PBNU yang baru, sejumlah kader partai politik muncul dalam struktur kepengurusan. Mereka di antaranya Nusron Wahid yang merupakan politikus Partai Golkar, Khofifah Indar Parawansa dari PKB, hingga Mardani Maming dari PDIP Perjuangan.
Nusron menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU, Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua (Tanfidziyah) PBNU, sedangkan Mardani Maming sebagai Bendahara Umum. Menurut Yahya, dengan mengakomodasi berbagai kader Parpol, maka akan membuat PBNU semakin mudah dalam pengawasan dan menjaga satu sama lain.
Dikatakannya justru apabila jajaran pengurus PBNU bersih dari orang-orang partai, akan ada saja pihak-pihak lain yang mencoba memasukkan kepentingan politisnya ke tubuh PBNU. Di samping itu, akan membuat PBNU kesulitan dalam mengawasinya.
"Kalau mereka bertindak dan menyampaikan sesuatu yang miring terhadap kepentingan politik masing-masing, itu bisa langsung ketahuan," kata dia.
Yahya ingin PBNU memiliki jarak yang sama dan setara dengan Parpol dan menghapus stigma bahwa PBNU merupakan kepanjangan tangan dari salah satu Parpol. Karena sebelum-sebelumnya, PBNU sering dikaitkan memiliki kedekatan yang intim dengan PKB termasuk dalam hal kebijakan-kebijakan.
"Kita lakukan dengan cara mengakomodasi elemen-elemen kepentingan dari berbagai macam sudut politik itu dalam kepengurusan. Biar bisa mengontrol biar jarak antara PBNU dan Parpol sama antara satu dengan yang lain," kata dia.
Selain kader Parpol, PBNU juga membuat terobosan dengan memasukkan tokoh-tokoh perempuan dalam susunan kepengurusan. Beberapa perempuan yang masuk kepengurusan PBNU di antaranya adalah di jajaran Mustasyar ada Nafisah Sahal Mahfudz, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid (Istri Gus Dur), dan Mahfudloh Ali Ubaid.
Pada jajaran A’wan (pembantu Rais Aam) di antaranya, Nafisah Ali Masum, Badriyah Fayumi, dan Ida Fatimah Zaenal. Sementara di jajaran Tanfidziyah ada nama Khofifah Indar Parawansa serta Alissa Qotrunnada Wahid (putri Gus Dur) sebagai Ketua.
"Ada masalah-masalah besar terkait isu perempuan. Kita ajak tokoh perempuan yang paling tangguh dan kuat, seperti ibu Khofifah yang nanti akan kita andalkan juga Ibu Alissa," kata Yahya.
Munculnya nama-nama tokoh perempuan menjadi tonggak sejarah bagi PBNU yang selama ini jarang sekali memasukan nama perempuan dalam posisi strategis dalam organisasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022