Sekretaris Umum Pengurus Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama ( NU) Margaret Aliyatul Maimunah mengajak masyarakat dapat memperkuat moderasi beragama sebagai pemersatu bangsa dengan menonjolkan sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati di tengah keanekaragaman perbedaan. 

"Meski kita berbeda keanekaragaman, namun tetap satu tujuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI), " kata Margaret saat  menghadiri Halaqoh Pesantren dan Ormas di Kabupaten Lebak, Selasa.

Ia mengatakan bahwa Indonesia didirikan bukan negara Islam, tetapi dibangun berdasarkan komitmen dan kesepakatan antartokoh agama Islam, Kristen, Hindu, Katolik dan Budha.

Dimana masyarakat Indonesia memiliki keberagaman perbedaan agama, budaya, suku, sosial dan bahasa.

Namun, keberagaman itu sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan  keharmonisan dan kerukunan umat. 

Pendirian negara ini di atas keanekaragaman yang berbasis agama, sehingga muncul ideologi Pancasila pada Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Masyarakat Indonesia yang penduduknya beragam - ragam itu menjadi kesatuan bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Fatayat kini memperkuat moderasi beragama hingga ke tingkat daerah agar tidak terjadi intoleran di tengah masyarakat yang memiliki perbedaan keberagaman itu. 

Dalam konteks  moderasi beragama itu  sangat penting untuk dijadikan sebagai sebuah cara pandang (perspektif) dalam beragama.

Saat ini, kata dia, cukup banyak bermunculan kelompok-kelompok intoleran, sehingga berpotensi memecahkan belah persatuan dan kesatuan bangsa.  

Oleh ksrena itu, peran tokoh agama dan ormas dapat menjadikan agama sebagai sumber nilai-nilai yang merawat kebehinekaan dan keberagaman. 

Sebab, agama Islam yang diajarkan Nabi Muhammad begitu toleran dengan cara pandang saling menghargai, menghormati, kerukunan dan kebersamaan dan tidak melahirkan paham radikalisme dan terorisme.

"Saya kira tokoh agama sangat berperan penting untuk menjaga keberagaman itu sehingga Indonesia semakin kuat di dunia, " katanya menambahkan. 

Menurut dia, dari sudut pandang agama, keragaman adalah berkah dan anugerah  kehendak Tuhan yang menciptakan perbedaan bangsa , suku, bahasa, budaya dan sosial, namun perbedaan itu harus saling bersatu dan saling menghormati. 

Saat ini, jelas dia, keberagaman di Indonesia harus dijaga dan dilestarikan, sehingga tidak terjadi pemahaman cara pandang agama yang salah dan melahirkan kelompok ekstrem yang militan. 

Munculnya kelompok radikalisme dan terorisme di masyarakat, karena mereka menerima pemahaman agama yang parsial dan sepotong-sepotong untuk memahami ajaran Islam. 

Kebanyakan kelompok mereka itu dari kalangan terdidik dan intelektual, namun belajar agama Islam dari guru dan komunitas tertentu yang betul-betul tidak memahami  agama Islam  yang benar. 

"Kita minta masyarakat jika belajar agama Islam harus jelas  guru atau kiyai yang memiliki pemahaman agama yang benar," katanya menjelaskan.

Ketua Pengurus Cabang Fatayat Kabupaten Lebak
Wildan Tusururoh mengatakan kegiatan Halaqoh Pesantren dan Ormas untuk mensosialisasikan pemahaman moderasi beragama kepada masyarakat, dimana Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman perbedaan. 

Selain itu juga pihaknya mensosialisasikan bahwa
Islam itu agama "rahmatan lil'alamin" yang mencintai dan kasih sayang. 

"Kami berharap pesantren dan ormas garda terdepan untuk memperkuat moderasi beragama dengan toleransi dan sikap saling menghargai dan menghormati juga memiliki cara pandang agama  yang moderat dan tidak sempit, " katanya menjelaskan. 

Sementara itu, Kepala Kementerian Agama ( Kemenag) Kabupaten Lebak H Badru Salam mengatakan selama ini kerukunan umat di tengah perbedaan keberagaman di daerah ini berjalan baik dan kondusif, sehingga tidak pernah terjadi gesekan sosial.

Mereka saling menghargai dan menghormati dengan menonjol sikap toleransi sehingga dapat memperkuat keberagaman untuk kesejahteraan. 

"Kami mengapresiasi hingga kini kehidupan sosial di masyarakat  penuh kedamaian tanpa gesekan sosial," katanya.

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021