Komisi IX DPR RI memberikan apresiasi penanganan stunting di Kota Tangerang, Banten karena angkanya masih di bawah ambang batas WHO meski berada di perkotaan dengan kepadatan penduduk.

"Dari yang sudah dipaparkan, angka stunting di Kota Tangerang terbilang cukup bagus. Saya harap ini bisa menjadi contoh bahwa di daerah perkotaan juga stunting masih menjadi permasalahan serius," kata Ketua tim rombongan Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena saat melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Tangerang, Selasa.

Baca juga: Bantu warga di masa pandemi, PD Pasar Tangerang gelar bazar di 15 titik

Dikatakan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, prevalensi anak Indonesia di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting yaitu 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita.

"Untuk itulah Komisi IX DPR RI memutuskan untuk melakukan kunjungan kerja spesifik ke Kota Tangerang untuk membahas secara langsung pelaksanaan program percepatan penurunan stunting sebagai bagian dari pelaksanaan Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021," katanya.

Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin mengatakan kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, kesehatan juga menjadi salah satu bidang prioritas pembangunan bagi Pemerintah Kota Tangerang.

"Salah satunya perbaikan gizi, khususnya stunting yang dapat berdampak pada risiko penurunan kemampuan produktif dan kualitas sumber daya manusia, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan stunting pada balita penting untuk dilakukan," katanya.

Ia juga menerangkan melalui Data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) Kota Tangerang menunjukan angka stunting pada balita di Kota Tangerang sebesar 9,08 persen pada tahun 2021.

"Menurut WHO angka tersebut masih di bawah ambang batas masalah kesehatan masyarakat karena masih di bawah 20 persen jadi masih tergolong rendah, akan tetapi Pemkot Tangerang tetap terus melakukan upaya pencegahan dan penurunan stunting di Kota Tangerang," ujarnya.

Lebih lanjut, Sachrudin menjelaskan upaya pencegahan dan penurunan stunting dilakukan melalui aksi intervensi penurunan stunting terintegrasi berupa intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor di luar kesehatan.

"Aksi tersebut salah satunya meliputi peningkatan surveilans gizi dan pemantauan pertumbuhan, peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan balita dan remaja," kata dia.

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021