Pesantren Rehab Hati yang diduga ustadznya terlibat jaringan teroris tidak terdaftar pada Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lebak. 

"Kita memiliki 1.094 pesantren yang terdaftar dan tidak ditemukan pesantren Rehab Hati, " kata Kepala Kasubag Kemenag Lebak Sudirman di Lebak, Rabu.

Kemungkinan besar pesantren Rehab Hati yang berlokasi di Sumur Pecung Desa Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak dari luar daerah. 

Berdasarkan informasi bahwa ustadz yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri di Pesantren Rehab Hati bukan warga Kabupaten Lebak. 

"Kami tidak memiliki tanggung jawab, karena pesantren dan ustadz itu tidak terdaftar dan itu tanggung jawab mereka," katanya menegaskan. 

Ia mengatakan, pihaknya kini memerintahkan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan setempat agar mendatangi pesantren tersebut. 

Bagaimana kegiatan pesantren tersebut bisa melaksanakan kegiatan tanpa terdaftar. 

Kemenag Lebak kini akan melakukan pendataan kembali agar semua pesantren terdaftar dan mendapatkan penghargaan.

Selain itu juga pihaknya memiliki program pembinaan dan penyuluhan untuk mengantisipasi pencegahan ideologi paham radikalisme, terorisme, komunisme dan ajaran sesat. 

Program tersebut melibatkan KUA,  tenaga penyuluh agama maupun tenaga honorer. 

Keberadaan penyuluh agama bagian garda terdepan untuk memberikan pencerahan pada masyarakat agar tidak terlibat paham-paham yang bertentangan dengan ajaran agama maupun hukum negara.

“Kami yakin dengan optimalnya tenaga penyuluh  itu memastikan Lebak terbebas dari paham radikal, terorisme maupun aliran sesat,” katanya menjelaskan.

Kemenag Lebak, kata dia  mengoptimalkan pembinaan multikultural dengan melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan pemuka agama Kristen, Katolik, Budha dan Islam. 

Pembinaan multikultural bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. 

Sebab, kata dia, masyarakat Kabupaten Lebak sangat religius terhadap ajaran agama Islam sebagai agama “rahmatan lil alamin” yang penuh kasih sayang dan saling menghormati dan menghargai di tengah kemajemukan. 

"Kami sudah lama melakukan pembinaan multikultural dan belum pernah terjadi konflik sosial," katanya.

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021