Warga pesisir Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten menekuni usaha pembuatan kerupuk ikan cumi, dan saat ini cukup banyak permintaan sehingga menjadi salah satu andalan ekonomi warga setempat.
"Sebagian besar warga di sini mengembangkan usaha kerajinan produk kerupuk ikan cumi, bahkan telah menjadi mata pencarian tetap " kata Ketua Kelompok Usaha Bersama ( KUBE) Pesisir Binuangeun Kabupaten Lebak Jubaedah di Lebak, Jumat.
Baca juga: Omzet pedagang pisang di Lebak naik di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Omzet pedagang pisang di Lebak naik di tengah pandemi COVID-19
Masyarakat mengembangkan usaha kerajinan kerupuk ikan cumi sudah berlangsung lama karena didukung bahan baku melimpah.
"Para nelayan tradisional setiap hari menangkap ikan cumi, yang kemudian dijual pada para perajin kerupuk ikan cumi," ujarnya.
Saat ini, kata dia, nelayan bisa menjual ikan cumi kepada perajin usaha kerupuk sebanyak satu ton per hari dengan harga Rp10 ribu per kilogram.
"Jika hasil tangkapan itu satu ton maka penjualan ikan cumi mencapai Rp10 juta, " katanya menjelaskan.
Menurut dia, produksi kerupuk ikan cumi dipasarkan di tempat-tempat wisata pesisir selatan Kabupaten Lebak.
Kebanyakan konsumen membeli kerupuk ikan cumi untuk dijadikan makanan oleh-oleh juga baso ikan dan abon ikan.
Harga produk ikan cumi dijual bervariasi antara Rp10 ribu sampai Rp20 ribu per bungkus.
Pengembangan usaha produk kerupuk ikan cumi tumbuh dan menggulirkan perekonomian hingga jutaan rupiah per hari.
Bahkan, produk kerupuk ikan cumi dipasok ke sejumlah daerah di Banten dan Jawa Barat.
Keunggulan kerupuk cumi itu, kata dia, rasanya gurih dan lezat juga banyak kandungan vitamin omega.
"Kami memproduksi kerupuk ikan cumi bisa menyerap tenaga kerja 10 orang dengan pendapatan Rp70 ribu per hari, " katanya.
Begitu juga perajin kerupuk cumi lainya, Amir (50) warga Binuangeun Kabupaten Lebak mengaku dirinya mengembangkan usaha kerajinan kerupuk itu awalmya dari Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk masyarakat pesisir.
Sebab, potensi usaha dengan mengembangkan bahan baku ikan dari tangkapan nelayan melimpah.
Karena itu, dirinya dibina memproduksi baso ikan dan kerupuk ikan juga abon ikan.
Namun, kata dia, kebanyakan konsumen lebih memilih kerupuk ikan cumi.
"Kami bisa menghasilkan omzet hingga Rp7 juta per hari, "katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, selama adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga Level 3 mengalami penurunan pendapatan.
Sebab, kata dia, kunjungan wisata pesisir berkurang.
"Kami berharap penyebaran virus corona menghilang sehingga perekonomian masyarakat kembali normal, " katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Yudawati mengatakan pemerintah daerah mendorong usaha kerajinan produk kerupuk ikan cumi di masyarakat pesisir Binuangeun tumbuh dan berkembang sehingga dapat menggulirkan ekonomi warga setempat.
Pemerintah daerah juga memberikan label halal untuk perajin baso ikan, abon ikan, termasuk kerupuk ikan cumi.
"Kami berharap usaha kerajinan masyarakat di tengah pandemi tetap tumbuh dan berkembang menggulirkan perekonomian, " katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021