Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi Jawa Barat meminta tambahan dosis vaksin kepada pemerintah dalam mendukung upaya pemerintah membentuk herd immunity.

Tokoh adat Ciptagelar Egi Hegriana Subakti mengatakan antusias masyarakat setempat mengikuti vaksinasi harus terkendala dengan pasokan vaksin. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kekurangan vaksin.

Awalnya vaksin dosis pertama masih sedikit warga yang ikut namun setelah menerima sosialisasi yang lebih intensif dari aparatur pemerintah warga antusias mengikuti vaksin di dosis kedua.

"Saat vaksin kedua banyak warga Ciptagelar ikut vaksin sampai-sampai Puskesmas kekurangan vaksin," vaksin yang dijadwalkan 31 Juli Lalu sampai sekarang masih belum dilaksanakan," katanya dalam keterangan yang diterima.

Ia mengatakan tingginya antusias warga mengikuti vaksin dikarenakan para tokoh setempat telah mengikuti vaksin.  "Kalau tokoh adatnya ikut vaksin otomatis warganya juga ikut vaksin, ini bukti bahwa masyarakat Ciptagelar ikut aturan pemerintah dan tak menolak vaksin," ujar dia.

Ia memperkirakan warga yang mengikuti vaksin mencapai 40 persen dari jumlah penduduk Ciptagelar. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan ketersedian vaksin yang diberikan.

Ia mengatakan dukungan kepada pemerintah tak hanya saat vaksinasi namun sudah dimulai saat penerapan PSBB pada Maret 2020 lalu. Saat itu Desa adat Ciptagelar tak menerima tamu dari luar.

Hingga saat ini penerapan PPKM warga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan kemudian juga masyarakat tidak panik menghadapi pandemi Covid-19 sehingga Ciptagelar statusnya tetap zona hijau.

Egi berharap pasokan vaksin dapat terpenuhi sehingga seluruh masyarakat Ciptagelar dapat mengikuti vaksin.
Apalagi vaksin menjadi salah satu syarat perjalanan yang ditetapkan pemerintah.

Keikutsertaan warga di Ciptagelar dalam vaksinasi merupakan upaya mendukung agar pandemi segera berakhir sehingga aktivitas kembali normal sehingga menggerakkan roda perekonomian seperti sedia kala.

"Selain pengajar, ada seniman yang selama pandemi tak mempunyai pemasukan, juga ada petani sayuran.  Dalam skala besar mereka tak bisa menjual panen ke luar desa disebabkan persyaratan perjalanan harus mengikuti vaksin," katanya.

Sementara untuk skala kecil warga Ciptagelar masih dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Sayur mayur berupa cabai tomat dan lainnya dipergunakan untuk memasak serta keperluan untuk syukuran adat.

"Hasil panen berupa juga masih tercukupi sebab disini sesuai aturan adat tak boleh diperjualbelikan sehingga dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari yang disimpan di lumbung padi," tuturnya.

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021