Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Boven Digoel, Papua berencana mengintegrasikan seluruh obyek wisata di daerahnya dalam upaya mendorong kunjungan wisata yang selama ini menjadi andalan ekonomi daerahnya.

"Kita punya  kawasan Penjara Lama, Sungai Ampera, dan Tugu  untuk dijadikan proyek wisata unggulan,  selain Burung 12 Antene (12 Wires),  Burung Cendrawasih,  dan seni budaya setempat," kata Wakil Bupati Boven Digoel, Yesaya Merasi  di Jakarta, Rabu.

Yesaya mengatakan, melalui dukungan infrastruktur dan sumber daya yang tersedia akan membangun sektor pariwisata secara profesional.

Menurut Merasi, pembangunan secara terintegrasi sangat diperlukan untuk menciptakan kenyamanan serta ketenangan wisatawan yang berkunjung. Pihaknya berencana meningkatkan layanan  air bersih, telekomunikasi, kelistrikan, dan transportasi.

"Jika akses ada, pasti makin banyak yang berkunjung ke Boven Digoel. Banyak potensi dan kekayaan kami yang harus diketahui dunia luar," katanya.

Ia mengatakan,  bagi dunia internasional, nama Boven Digoel sangat familiar. Sebelum Bung Karno memproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pada 17 Agustus 1945,  Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927-1941 telah menjadikan Boven Digoel   sebagai tempat pembuangan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan Republik Indonesia,   seperti Bung Hatta, yang menjadi wakil presiden pertama  Republik Indonesia dan Sayuti Melik, yang mengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.

Selain itu,  tercatat nama-mana seperti Muchtar Lutffi, Ilyas Yacup, Sutan Syahrir, dan Mas Marco Kartodikromo pernah mendekam  di Penjara Lama  Boven Digoel.

"Pariwisata menjadi salah satu andalan Boven Digoel. Kami sangat serius menggarap  pariwisata daerah dan akan gencar mempromosikannya  di berbagai kegiatan nasional dan internasional. Saya sudah menugaskan Kepala Dinas Pariwisata dan Asisten III bidang Umum untuk mempromosikan pariwisata daerah,? jelas Merasi.

   
Promosi di Belanda

Asisten III bidang Umum Pemerintah Kabupaten Boven Digoel Titus Tambaip mengatakan dalam mempromosikan pariwisata belum lama ini   mengirimkan tim   penari ke Festival Tong-Tong di Belanda.

Selain menyemarakkan   Tong Tong Fair 2012 di  Malieveld, Den Haag, Belanda,  pada 17- 28 Mei 2012, Tim Kesenian Boven Digoel  juga meramaikan  ?Papua Week? di ajang  Venlo World Expo Floriade 2012 di Venlo, Limburg, Belanda.

Kegiatan 10 tahunan yang berlangsung selama enam bulan, pada 4 April - 7 April 2012,   yang diikuti  peserta dari 40 negara.

Para penari membawakan sedikitnya tujuh tarian tradisional seperti tari Tre-tre Kukpran, Loka Tinggop,  Wambot Ngop, Kenkdon, Tetereop Banggolo, dan  Bumbu Ne Danggop.

"Masyarakat internasional, khususnya Belanda sangat mengapresiasi   keberadaan kami di Tong Tong Fair 2012 dan Floriade 2012. Kami mengadakan pertemuan dengan pimpinan dunia usaha di Belanda. Syukurlah, mereka tertarik berinvestasi di Boven Digoel," kata Tambaip.

Ia optimistis, minat investor asing   dapat menjadi pemicu bagi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah itu. ?Pembicaraan bisnis yang dilakukan di Belanda, sedang kami tindaklanjuti.

"Kami akan mengadakan pertemuan di Jakarta untuk membicarakan rencana investasi di sektor pariwisata dan pengairan. Investornya dari Belanda," ujar Tambaip.

Menurut Tambaip,  investor asing  memberikan respons positif untuk  berpartisipasi aktif  dalam pembangunan sektor riil di Boven Digoel.

Diakuinya, pada masa lalu, masyarakat mengenal akrab nama Boven Digoel  melalui berbagai literatur dan buku sejarah. Padahal, sebagai daerah yang kaya sumber daya alam, budaya, dan objek wisata sejarah memiliki peranan signifikan bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.

"Harus ada optimisme untuk membangun Boven Digoel. Jangan setengah-setengah, harus terintegrasi untuk mencapai hasil maksimal," kata Tambaip.

   
Hubungan Historis

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Boven Digoel Marius Batarop menyatakan,  Belanda menjadi tujuan utama sebab Negeri Kincir Angin  itu memiliki hubungan historis dengan Kabupaten Boven Digoel di masa lalu. 

Sesuai namanya,  Boven berasal dari bahasa Belanda yang berarti atas.

"Itu tekad kami,  menarik sebanyak-banyaknya wisatawan Eropa, khususnya Belanda untuk berkunjung ke Boven Digoel. Kami mempersiapkan   berbagai bahan promosi seperti booklet dan poster,  yang berbahasa  Inggris dan Indonesia," kata Marius.

Ia mengungkapkan, Kabupaten Boven Digoel  yang secara geografis berbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini didiami oleh tiga suku utama yaitu, Muyu, Awuyu, dan Wambon. Selain itu,  Boven Digoel juga dikaruniai  habitat langka seperti burung Cendrawasih, Sungai Ampera sepanjang 100 km, dan objek wisata alam lainnya.

"Kami  mengundang para investor untuk membangun  pariwisata,  sistem pengairan, dan ekplorasi pertambangan di  Boven Digoel. Infrastruktur  harus dibangun sebaik-baiknya untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan,? jelas dia.

Menurut Marius,  Venlo World Expo Floriade 2012 adalah pameran hortikultura tingkat dunia yang menampilkan aneka bunga, tumbuhan, pohon, sayur mayur, dan buah-buahan berkualitas dari berbagai penjuru  dunia. 

Kegiatan akbar itu   juga dimeriahkan oleh   aneka kegiatan, mulai pameran, pertemuan bisnis,  hingga pertunjukan seni dan budaya dari berbagai negara.

Venlo World Expo Floriade 2012, lanjutnya,  diikuti 40 negara di mana setiap  peserta tampil dengan  tema masing-masing. Kabupaten Boven Digoel  yang mengusung tema "The Exotic of Boven Digoel"   menggelar ?Papua Week? dengan menampilkan aneka kesenian dan budaya khas  Papua.

"Keikutsertaan kami   pada Floriade 2012 adalah bagian dari upaya mempromosikan potensi pariwisata   dan ekonomi kreatif, industri pertambangan, serta  menarik investasi dan perdagangan," katanya.
 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012