Serang (ANTARABanten) - Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang, Banten melakukan panen perdana produksi udang dengan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik) dalam upaya mendukung program revitalisasi budidaya udang di Pantai Utara Jawa.


Panen perdana produksi udang dengan metode Busmetik tersebut secara simbolis dilakukan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Syarief Widjaya bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten Suyitno di STP Karanganantu Serang, Kamis.

"Kami berharap nantinya pola ini bisa dikembangkan masyarakat dengan memanfaatkan Sumber daya Manusia yang ada di Sekolah-sekolah Perikanan. Program ini bagian dari upaya revitaliasi budidaya udang di Pantai Utara Jawa untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya," kata Syarief Widjaya.

Ia mengatakan, program revitalisasi budidaya udang di wilayah Pantura pada 2012 akan dimulai di dua provinsi yakni Jawa Barat dan Banten, dengan target pengembangan budidaya udang dengan metode Busmetik tersebut sekitar 20 ribu hektar tambak di delapan kabupaten/kota.

"Sasaran utama dari program ini adalah masyarakat, sehingga dengan pola ini masyarakat bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan yang besar. Ahkirnya kesejahteraan masyarakat meningkat," kata Syarief.  

Kepala Sekolah Tinggi Perikanan (BAPPL -STP) Serang, Haeru Rahayu mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali mengangkat udang sebagai komoditas unggulan untuk mendongkrak devisa negara.

Program yang digagas dan mulai dilaksanakan dalam bentuk penataan kembali budidaya udang di Pantai Utara (Pantura) Jawa melalui program revitalisasi tambak dengan sistem Busmetik.

"Tambak udang model plastik tersebut mudah dan terhitung murah karena modalnya tidak besar. selain itu menjamin tambak bebas dari virus yang merupakan penyakit mematikan pada budidaya udang," katanya.

Haeru mengatakan, di kampus STP, Karangantu, saat ini dikembangkan teknologi udang dengan model serupa yaitu menggunakan plastik dengan menggunakan petakan tambak berukuran kecil, sehingga dikenal dengan istilah Busmetik atau budidaya udang skala mini empang plastik. Luasan petak tambak sekitar 600 m2 sampai 700 m2 dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 cm.

Menurutnya, Busmetik dikembangkan dengan latar belakang yang cukup strategis, diantaranya komunitas pembudidaya udang dengan modal kecil. Teknologi Busmetik memiliki beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan.

Ia mengatakan, ditinjau dari hasil produksi yang dicapai, tambak busmetik dapat dijadikan salah satu alternatif model yang dapat diimplementasikan dalam program revitalisasi udang terutama untuk para pembudidaya dengan kemampuan modal kecil.

Satu petak tambak busmetik membutuhkan modal usaha sekitar Rp15 sampai Rp17 juta per siklus, dengan hasil jual Rp28 sampai dengan Rp30 juta.

"Sehingga ada margin sekitar Rp13 sampai Rp15 juta untuk satu kali musim dengan rata-rata produksi 900 kg per kolam atau 15,4 ton per musim per hektar," kata Haeru Rahayu.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012