Rapat bulanan selesai kami lakukan. Selanjutnya, salah satu guru maju sambil membawa buku. Tak lama kemudian dia mulai memaparkan isi buku yang ada di tangannya. Beberapa pertanyaan diajukan dan diskusi pun terjadi dengan sangat komunikatif.
       
Itulah salah satu program unggulan di sekolah kami, arisan buku di kalangan guru.  Alhamdulillah program ini telah berjalan selama satu tahun di Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Tegalbuntu, Ciwandan, Cilegon Banten. Hasilnya sudah kami rasakan, meskipun masih belum cukup signifikan. 
       
Program ini bisa diterapkan di mana pun, di sekolah, perusahaan, perkantoran, komunitas, kumpulan keluarga, atau bahkan masyarakat, selama orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki komitmen yang sama.
       
Sebagai orang Indonesia, kita tentu sangat akrab dengan kegiatan arisan. Arisan buku ini mengambil alur besar seperti arisan biasa. Hanya saja ada tahap tambahan yang harus dilalui. Jika Kita ingin tahu lebih lanjut, inilah alur kerja arisan buku.
       
Pertama, buatlah kesepakatan dalam komunitas kita. Pastikan semua anggota setuju dan akan mengikuti kegiatan ini. Kedua, sepakati nominal rupiah yang harus dibayarkan oleh setiap anggota. Meskipun bisa sangat bervariasi, akan lebih baik jika dimulai dari nominal yang kecil terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar semua anggota tidak merasa terbebani.
       
Bagi orang yang senang membaca dan membeli buku, jangankan lima ribu rupiah, ratusan ribu rupiah pun rela dibelanjakan. Namun, bagi mereka yang kurang tertarik pada aktivitas membaca, lima ribu rupiah pun bisa jadi sayang untuk mengeluarkannya. 
       
Ketiga, sepakati pula kapan diadakan pertemuan rutin untuk mereview buku. Tahap ini bisa saja digabungkan dengan program lain yang sudah berjalan. Untuk tahap awal, waktu review juga tidak perlu terlalu lama. Buatlah suasana agar peserta merasa nyaman dengan program baru ini.
       
Hindari perasaan bosan dan tertekan peserta. Karena, sekali mereka kecewa, mereka akan dengan mudah meninggalkan program ini. Keempat, untuk peserta yang mendapat arisan, dia harus membeli buku dengan harga sesuai nominal yand didapat. Jika nominal yang didapat cukup besar, bisa dibelanjakan untuk dua atau tiga buku.
       
Kelima, peserta yang mendapat arisan harus membaca buku yang telah dibeli selama kurun waktu yang telah disepakati. Keenam, peserta yang mendapat arisan harus mereview buku yang telah dibaca di hadapan anggota lainnya. Tahap ini bisa diikuti dengan tanya jawab atau diskusi kecil.
       
Ketujuh, selain untuk koleksi pribadi, jika komunitas kita memiliki kantor atau tempat berkumpul, buatlah perpustakaan mini dari buku hasil arisan tersebut. Jika belum memungkinkan, kita juga bisa mendonasikan buku itu ke perpustakaan sekolah atau taman bacaan yang ada di sekitar kita.
       
Kita tentu yakin bahwa kegiatan ini sangat banyak manfaatnya. Tidak hanya pada peningkatan minat membaca, tetapi pada hal-hal lain yang bisa jadi tidak kita kira pada awalnya. 
       
Nah, apa sajakah manfaat yang akan kita peroleh dari arisan buku ini? Pertama, meningkatkan kecerdasan. Membaca ternyata mampu memantik kecerdasan kita. Tidak saja kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. 
       
Kedua, meningkatkan kemampuan dalam mengungkapkan gagasan. Saat meriveiw dan berdiskusi tentang buku yang dibaca, sesungguhnya kita sedang berlatih untuk mengungkapkan ide dan gagasan yang ada dalam otak. Kemampuan mengeluarkan ide ini tidak bisa dimiliki tanpa dilatih dan dibiasakan. 
       
Ketiga, meningkatkan kemampuan berpikir logis dan sistematis. Kita dilatih untuk membuat alur berpikir sistematis. Informasi yang tertata dengan baik akan mempermudah pendengar menangkap ide kita. Sebuah ide yang baik pun jika tidak disampaikan dengan sistematis berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.  
       
Keempat, meningkatkan kemampuan verbal. Membaca, mereview, dan berdiskusi akan memicu setiap individu dalam komunitas untuk rajin membaca. Minimal sekali bagi mereka yang mendapatkan arisan bulan itu. Dia harus melatih dirinya untuk berbicara. Kemampuan verbal ini sangat dibutuhkan dalam semua kegiatan kita sebagai makhluk sosial. 
       
Kelima, memperluas wawasan. Dengan kegiatan ini wawasan kita akan bertambah karena mendapat informasi baru dari buku yang dibaca. Bagi anggota lain, kita mendapat wawasan baru dari rekan yang mendapat arisan. Apalagi jika dilanjutkan dengan diskusi, tentunya akan menambah dan memperluas pola pikir semua anggota komunitas kita.
       
Keenam, menumbuhkan budaya diskusi dan musyawarah. Manusia dibekali piranti lunak sebagai modal untuk berkembang. Namun, tanpa pembiasaan, perangkat ini tidak akan banyak bisa diandalkan. Arisan buku terbukti mampu menumbuhkan budaya diskusi yang sangat demokratis.
       
Ketujuh, menumbuhkan rasa empati dan peduli. Anggota yang mendapatkan arisan, harus menghibahkan bukunya ke perpustakaan. Ini mampu menumbuhkan rasa kepedulian kita terhadap perkembangan literasi di masyarakat. Mereka memiliki andil dan akan lebih peduli terhadap perkembangan literasi Indonesia ke depan.
       
Kedelapan, menumbuhkan sikap saling menghargai. Kegiatan review buku bisa dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab. Pada tahap ini, seluruh anggota diajarkan bagaimana harus menghormati pendapat orang lain.
       
Bisa jadi akan timbul perbedaan sudut pandang. Dengan arisan buku, kita membiasakan diri dengan setiap perbedaan tersebut. Tidak memperbesar apa lagi menyalahkan, tetapi saling menghargai sebagai hasil kerja ilmiah, yaitu berpikir.
       
Kesembilan, perlakuan adil. Arisan buku juga mampu membuat setiap individu di dalam komunitas mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Kesamaan perlakuan ini akan memicu semua yang terlibat untuk memberikan andil dan peran sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya masing-masing.
       
Kesepuluh, menambah keakraban. Berkumpul, berbincang, dan berdiskusi dapat meningkatkan keakraban semua anggota. Kekakuan yang ada akibat hirarki kepemimpinan dapat terjembatani dengan program ini. Hal ini bisa meningkatkan produktivitas dan aktualisasi diri setiap individu yang ada.
       
Maka, siapa pun kita, jika kita peduli dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat dan negara, kita bisa mulai mengupayakan kemajuan itu dari sebuah buku. Negara yang maju dan mampu menyejahterakan rakyatnya, ternyata negara yang mendasarkan hati dan pemikirannya pada buku.
       
A house without books is like a room without windows, rumah tanpa buku laksana ruangan tanpa jendela. (Harace Mann, reformis pendidikan Amerika).

*Penulis, Eli Halimah, S.Ag., M.Pd. adalah Kepala Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Tegalbuntu, Ciwandan, Kota Cilegon Provinsi Banten.
 

Pewarta: Eli Halimah*

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021