Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah, masih dibayangi peningkatan kasus positif COVID-19.
Rupiah ditutup melemah 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.485 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.445 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah akhir pekan menguat dibayangi eskalasi kasus baru COVID-19
"Dolar menguat terhadap mata uang lainnya pada Selasa, dibantu oleh kekhawatiran atas meningkatnya kasus COVID-19 di Asia," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Sejumlah wilayah di Asia berjuang menangani penyebaran varian Delta COVID-19 yang sangat menular. Australia telah mengunci beberapa kota, Indonesia bergulat dengan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian, dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru.
Investor juga tengah menanti data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada Jumat (2/7) malam pekan ini. Data yang lebih bagus dari ekspektasi dapat mendorong penguatan dolar lebih lanjut karena ekspektasi pengetatan moneter AS.
Bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) mengejutkan investor dengan nada hawkish yang tak terduga dalam keputusan kebijakannya. Pejabat Fed sejak itu fokus pada apakah data yang akan datang, memerlukan pengurangan aset dan kenaikan suku bunga.
Beberapa pejabat Fed tetap berpegang pada nada hawkish tersebut, dengan Presiden Fed Bank of Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa bank sentral telah membuat kemajuan lebih lanjut yang substansial menuju tujuan inflasi untuk memulai pengurangan aset.
Dari domestik, muncul wacana Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat seiring peningkatan kasus baru COVID-19 yang masih terus berlanjut.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.455 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.455 per dolar AS hingga Rp14.488 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp14.496 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.472 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
Rupiah ditutup melemah 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.485 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.445 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah akhir pekan menguat dibayangi eskalasi kasus baru COVID-19
"Dolar menguat terhadap mata uang lainnya pada Selasa, dibantu oleh kekhawatiran atas meningkatnya kasus COVID-19 di Asia," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Sejumlah wilayah di Asia berjuang menangani penyebaran varian Delta COVID-19 yang sangat menular. Australia telah mengunci beberapa kota, Indonesia bergulat dengan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian, dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru.
Investor juga tengah menanti data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada Jumat (2/7) malam pekan ini. Data yang lebih bagus dari ekspektasi dapat mendorong penguatan dolar lebih lanjut karena ekspektasi pengetatan moneter AS.
Bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) mengejutkan investor dengan nada hawkish yang tak terduga dalam keputusan kebijakannya. Pejabat Fed sejak itu fokus pada apakah data yang akan datang, memerlukan pengurangan aset dan kenaikan suku bunga.
Beberapa pejabat Fed tetap berpegang pada nada hawkish tersebut, dengan Presiden Fed Bank of Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa bank sentral telah membuat kemajuan lebih lanjut yang substansial menuju tujuan inflasi untuk memulai pengurangan aset.
Dari domestik, muncul wacana Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat seiring peningkatan kasus baru COVID-19 yang masih terus berlanjut.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.455 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.455 per dolar AS hingga Rp14.488 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp14.496 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.472 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021