Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong jajarannya di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, untuk meningkatkan produksi rajungan.
Menteri Trenggono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyatakan langkah ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari mencari dan membudidayakan komoditas itu.
Baca juga: Nelayan Aceh terapung di Pulau Phuket diselamatkan kapal keamanan laut Thailand
"Tingkatkan lagi produksinya. Rajungan ini juga termasuk komoditas perikanan yang punya nilai tinggi di pasar," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan.
Trenggono pada 17 Juni 2021 mengunjungi BPBAP Takalar yang merupakan tempat pengembangan dan penerapan teknik/teknologi pembenihan, pelestarian, serta perlindungan budidaya air payau.
Komoditas utama yang dihasilkan di balai tersebut meliputi rajungan, udang windu, vaname, nila salin, kakap putih, hingga rumput laut.
Untuk rajungan sendiri, BPBAP Takalar mampu memproduksi 500.000 sampai 1 juta ekor benih rajungan per tahun. Benih-benih tersebut lalu didistribusikan ke masyarakat, petambak, hingga untuk restocking di perairan di sekitar Takalar.
Menurut Menteri Trenggono, rajungan punya nilai ekonomi tinggi dan penyerapannya di pasar lokal maupun internasional cukup tinggi. Rajungan bersama kepiting termasuk dalam lima komoditas ekspor perikanan unggulan Indonesia.
Berdasarkan data BPS periode Januari hingga April 2021, ekspor rajungan termasuk kepiting, nilainya sebesar 150,86 juta dolar AS.
Sementara itu Kepala BPBAP Takalar Supito mengaku siap menambah produksi dan akan melakukan sejumlah inovasi untuk mencapai angka produksi yang optimal.
Selain rajungan, menurut Supito, inovasi untuk komoditas lain juga dilakukan, seperti rumput laut dan nila salin. "Tentu kami akan melakukan inovasi-inovasi. Karena memang kebutuhan benih rajungan ini tinggi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
Menteri Trenggono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyatakan langkah ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari mencari dan membudidayakan komoditas itu.
Baca juga: Nelayan Aceh terapung di Pulau Phuket diselamatkan kapal keamanan laut Thailand
"Tingkatkan lagi produksinya. Rajungan ini juga termasuk komoditas perikanan yang punya nilai tinggi di pasar," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan.
Trenggono pada 17 Juni 2021 mengunjungi BPBAP Takalar yang merupakan tempat pengembangan dan penerapan teknik/teknologi pembenihan, pelestarian, serta perlindungan budidaya air payau.
Komoditas utama yang dihasilkan di balai tersebut meliputi rajungan, udang windu, vaname, nila salin, kakap putih, hingga rumput laut.
Untuk rajungan sendiri, BPBAP Takalar mampu memproduksi 500.000 sampai 1 juta ekor benih rajungan per tahun. Benih-benih tersebut lalu didistribusikan ke masyarakat, petambak, hingga untuk restocking di perairan di sekitar Takalar.
Menurut Menteri Trenggono, rajungan punya nilai ekonomi tinggi dan penyerapannya di pasar lokal maupun internasional cukup tinggi. Rajungan bersama kepiting termasuk dalam lima komoditas ekspor perikanan unggulan Indonesia.
Berdasarkan data BPS periode Januari hingga April 2021, ekspor rajungan termasuk kepiting, nilainya sebesar 150,86 juta dolar AS.
Sementara itu Kepala BPBAP Takalar Supito mengaku siap menambah produksi dan akan melakukan sejumlah inovasi untuk mencapai angka produksi yang optimal.
Selain rajungan, menurut Supito, inovasi untuk komoditas lain juga dilakukan, seperti rumput laut dan nila salin. "Tentu kami akan melakukan inovasi-inovasi. Karena memang kebutuhan benih rajungan ini tinggi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021