Tangerang (ANTARABanten)  - Siswa Sinarmas World Academy, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, menggelar Universal Children Week atau Hari Anak Universal dengan melibatkan anak jalanan.


"Tujuannya adalah mendorong siswa untuk membantu sesama dan mengembangkan perencanaan dan kemampuan berorganisasi," kata Humas Sinarmas World Academy, Sofia Tanuwaty di Tangerang, Jumaat.

Sofia mengatakan, dalam menyambut Hari Anak Universal, pihaknya menyelenggarakan beberapa kegiatan hingga puncak acara pada 20 November.   

Dalam kegiatan Hari Anak Universal, pihaknya mengusung tema "Hak Untuk Bertindak" dengan menekankan delapan pembangunan milenium PBB seperti pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/Aids, melestarikan lingkungan dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

"Kegiatan yang dilakukan para siswa memiliki kelanjutan dan kesinambungan bagi masyarakat setempat," katanya.

Sementara itu, Alize Liang, siswi asal Taiwan melakukan kegiatan menjahit membuat boneka Teddy Bear. Siswi kelas 12 ini, ingin memberikan peluang kepada anak yang tinggal di bantaran Rel Ketera Api Serpong dengan membantu membuka peluang usaha.

Bersama keenam rekannya, yakni Nini Huang, Stacy Lin, Katty Lee, Ning Ning YU, Joey Yao, Yoyo Hsiao dan Leo Yeh membantu untuk membuat proyek yang bertema Teddy Baby Mission.  

"Boneka ini kami jahit terlebih dahulu dan uang hasil penjual kami berikan kepada anak kurang mampu sebagai modal usaha dan memberikannya pelatihan menjahit," katanya.

Ide ini, kata Alize, berawal dari rasa simpati saat melihat anak yang tinggal di bantaran Rel Ketera Api Serpong dengan hidupnya pas-pasan.

Untuk itu, dirinya bersama enam rekan lainnya berpikir untuk membantu warga yang hidupnya kurang mampu tersebut.

Pembuatan boneka ini beragam ukuran dengan harga jual yang bervariasi. Untuk ukuran kecil, diharga Rp 50 ribu, ukuran sedang Rp 75 ribu dan ukuran besar dijual Rp 100 ribu.  

Adapun boneka hasil jahitannya di jual kepada rekan satu sekolah. Uang tersebut dibelikan modal usaha untuk membuka pelatihan menjahit.

"Saat ini kami sudah memiliki 20 anak binaan yang telah diajarkan untuk menjahit dan modal usaha," katanya.

Berbeda halnya dengan Audrey Angelica Siregar yang membuka sekolah gratis bagi warga tidak mampu di daerah Pondok Aren, Bintaro.

Dengan melibatkan pihak swasta, dirinya bersama rekannya memberikan pengajaran seperti umumnya di sekolah.

Dengan diberikan seragam dan peralatan sekolah, diharapkan anak jalanan tersebut dapat membaca dan menulis serta mengetahui wilayah Indonesia.

"Kami ingin semua anak di Indonesia bisa membaca dan menulis serta mengenal wilayahnya. Meski hidup kurang mampu tetapi kami akan membantunya memberikan fasilitas," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011