Cinangka (ANTARABanten) - Wisatawan dari Eropa gemar mendatangi lokasi kegempaan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda dari dekat, padahal Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melarang mendekat sampai radius dua kilometer.


"Saya sering mengantar turis dari Jerman dan Belanda melihat dari dekat GAK," kata salah seorang warga Cinangka yang suka mengantar turis ke GAK dengan perahu, Wandi, Minggu.

Dia menjelaskan, umumnya wisatawan dari Eropa sangat tertarik dan ingin melihat kegempaan GAK yang pada ratusan silam, induknya pernah meletus.

"Memang saat ini kondisi GAK sedang level III atau Siaga, tapi kalau kami mendekat dan berdiri di bawah gunungnya tidak masalah dan berbahaya," katanya.

Akan tetapi, katanya,  sebelum mendekat ke lokasi GAK, dia berkoordinasi terlebih dahulu dengan orang yang mengerti dan memahami kondisi GAK.

"Saya sebelum mengantar turis asing, biasanya menanyakan dulu ke teman saya yang tahu kondisi di GAK. Kalau kata teman saya kondisinya tidak berbahaya maka , wisatawan itu kami bawa, tetapi kalau tidak memungkinkan, maka akan kami tunda," katanya.

Biasanya kata dia, ia mulai berangkat menuju ke GAK dari Pantai Cinangka pukul 11 : 00 WIB, dan sampai di lokasi GAK satu setengah jam.

"Normalnya perjalanan hanya 90 menit, tapi kalau cuaca buruk bisa lebih dari itu," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi mengatakan, sejak status GAK ditetapkan level III atau Siaga, maka PVMBG melarang nelayan maupun turis mendekat sampai radius dua kilometer.

"Kami masih melarang siapapun untuk mendekat ke lokasi kegempaan dari jarak radius dua kilometer," katanya menambahkan.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011