Jakarta (ANTARANews) - Kepala Badan Pembina Konstruksi dan SDM Kementerian Pekerjaan Umum, Bambang Guritno mengatakan, sektor konstruksi dapat menjadi solusi (jalan keluar) mengurangi angka penangguran dan kemiskinan.

"Pembangunan konstruksi erat kaitannya terciptanya lapangan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup," kata Bambang, Selasa, usai menandatangani perjanjian kerja bersama dengan Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) untuk melatih satu juta tenaga tukang di seluruh Indonesia.

Bambang mengatakan, dalam rangka menciptakan peluang pekerjaan di sektor konstruksi BPKSDM telah menjalin kerja sama dengan mitra kerja dari kalangan perguruan tinggi dan asosiasi.

Bambang mengutip dari data BPS menyebutkan jumlah pekerjaan konstruksi saat ini mencapai 5,7 juta mulai dari pelaksana sampai kepada tenaga tukang yang semuanya membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya.

Menurut Bambang, sebagian besar tenaga konstruksi sudah memiliki keterampilan, sehingga tinggal dilatih sedikit untuk meningkatkan kemampuannya untuk menjadi bekal mengikuti proyek-proyek konstruksi yang diselenggarakan pemerintah maupun badan usaha.

Bambang mengatakan, saat ini memang banyak tenaga konstruksi asing yang masuk ke Indonesia, akan tetapi mereka tetap dikenakan pembatasan-pembatasan selama bekerja di Indonesia.

Bambang mengatakan, pemilik pekerjaan di Indonesia biasanya lebih memilih pekerja dari dalam mengingat mereka lebih loyal dan kualitas pekerjaan tidak kalah dengan asing.

"Hanya beberapa sektor yang tidak bisa digarap tenaga kita seperti di sektor energi dan migas banyak diambil dari tenaga asing," ujar dia.

Bambang mengingatkan, peluang pekerjaan di sektor konstruksi akan mengalami kenaikan pada tahun 2014 dapat dilihat dari belanja konstruksi yang nilainya mencapai Rp1.900 triliun.

Diperkirakan terjadi kenaikan jumlah pekerja di sektor konstruksi apabila data BPS menyebutkan saat ini 5,7 juta, maka akan bertambah menjadi 6 juta lagi.

Terkait kerjasama dengan ASTTI, Bambang mengatakan, kebutuhan pekerja konsruksi sampai dengan 2014 sekitar 3 juta lagi, sebanyak 30 persennya diharapkan dapat disediakan dari ASTTI.

Sedangkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ASTTI, Deddy Adiyaksa mengatakan, untuk memenuhi target 1 juta pekerja yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum tidak terlalu sulit.

"Saya akan menetapkan kuota pada 31 pengurus daerah untuk melatih tenaga konstruksi di wilayahnya masing-masing. Saya yakin dalam dua tahun sudah tercapai," ujar dia.

Deddy mengatakan, pelatihan yang dilakukan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sehingga hasilnya disetiap daerah akan sama kualitasnya.

"Kalau dari segi kualitas sistem pelatihan di Indonesia tidak kalah dibandingkan negara lain," ujar dia.

Deddy menunjuk, pekerja Indonesia di luar negeri sangat dihargai mereka biasanya dibayar untuk pekerjaan penyelesaian akhir (finishing) sementara pekerja dari negara lain seperti Banglades atau India banyak sebagai pekerja kasar.

"Ini menunjukkan kemampuna tenaga konstruksi dari Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan dari negara lain," ujar dia.

Deddy mengatakan, dalam rangka meningkatkan kemampuan pekerja konstruksi agar berstandar internasional ASTTI juga menyelenggarakan pelatihan dengan negara tetangga Malaysia.

   
Munas

Hasil Munas Khusus ASTTI yang berakhir pada Senin (31/10) lalu mengeluarkan rekomendasi di antaranya penguatan landasan organisasi, pemenuhan kualitas keberpihakan pemerintah, serta wujudkan tenaga yang tangguh dan memiliki kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan

Deddy mengatakan, dengan jumlah anggota 75.000, 450 tenaga pelatih, 31 pengurus daerah di seluruh Indonesia, serta 140.000 sertifikat yang telah diterbitkan maka ASTTI siap untuk menjadi mitra pemerintah.

Sebagai tindak lanjut, kata Deddy, pada akhir Munas pihaknya telah menandatangani perjanjian kerja bersama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum untuk melatih satu juta tenaga tukang di seluruh Indonesia.

Deddy meminta agar pengurus daerah dapat menyampaikan potensi tenaga konstruksi di daerahnya, kalau memang banyak tukang kayu maka di daerah itu pelatihannya diarahkan kepada keterampilan kayu.

"Kerja sama ini sebagai dukungan asosiasi terhadap Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi yang telah dicanangkan pemerintah," ungkap dia.

Bambang lebih jauh mengungkapkan, sektor konstruksi saat ini menyumbang 10 persen dari PDB nasional.

Pelatihan di daerah-daerah sangat diperlukan karena sesuai amanat Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi seluruh pekerja konstruksi di proyek pemerintah maupun badan usaha haruslah mengantongi sertifikat.

Menurut dia, Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi tenaga konstruksi bersertifikat mengingat saat ini telah berjalan proyek-proyek konstruksi terkait dengan master plan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, serta tahun 2012 mendatang kebutuhannya semakin banyak.

Bambang mengatakan, Kementerian PU setiap tahun juga menyelenggarakan lomba tukang dan mandor tujuannya untuk menghasilkan tenaga konstruksi yang berkualitas.
 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011