Kurang elok rasanya, jika generasi Indonesia tidak menyukai batik, warisan budaya nasional yang tidak ternilai dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.


Mengapa demikian, karena Miss Universe 2011 Laila Lopes pun tertarik dengan batik motif kuno ini, bahkan wanita asal Anggola ini tanpa canggung belajar membatik, ketika berkunjung ke Pendopo Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia di Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (8/10).

Perempuan yang  lahir di Benguela, Angola, 26 Februari 1986 itu belajar membatik dengan menggunakan tangan kirinya, ditemani Puteri Indonesia 2011 Maria  Selena.

Meski menyandang sebagai Miss Universe dan Puteri Indonesia, kedua wanita cantik ini tidak segan untuk berbaur bersama pembatik dan duduk bersama.

Tak hanya itu, Laila dan Selena pun menunjukkan hasil goresan canting pada kain batik kepada pembatik dan diberikan penilaian.

"Laila tampak menikmati saat membatik dan memegang canting serta memiliki 'sense of art' yang kuat, meski baru pertama kali melakukannya," kata Irma Hariyadi, pembatik yang dimintakan penilaian oleh Miss Universe dan Puteri Indonesia.

Sebelumnya, Miss Universe dan Puteri Indonesia 2011 melakukan kunjungan ke beberapa gerai di Pendopo Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia yang berlokasi di pusat perbelanjaan Living World Alam Sutera.

Keduanya pun diperlihatkan batik dari berbagai daerah seperti Cirebon, Garut, Yogya, Solo, Lase, Sidoarjo, Madura, Surabaya, Pemalang, Medan, Pekalongan, dan Bali.

Selain itu, Laila dan Selena pun mendapatkan bolero batik sebagai tanda kebanggaan terhadap batik yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

"Harapan kami adalah batik dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya dunia yang patut dibanggakan," kata Direktur Utama Pendopo Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia, Meutia Kumala.

Meutia Kumala menuturkan, Pendopo Rumah Batik dan Kerajinan Indonesia juga menyuguhkan hasil tenun seperti dari Flores, Sumbawa, Palembang, Padang, Pekalongan dan Bali.

Kemudian, terdapat pula aksesoris, furnitur unik dan berbagai karya seni seperti wayang golek, wayang kulit, seni ukir sampai keris.

Terdapat pula aneka camilan tradisional seperti madu, dodol dan kopi dari seluruh nusantara seperti Aceh Gayo, Flores Bajawa, Bali Kintamani hingga kopi luwak.

"Semua batik dan kerajinan Indonesia ada di pendopo ini. Kami harapkan dapat menanamkan nilai seni kepada kaum muda untuk bangga terhadap produk dalam negeri," katanya.

Wajar dan memang sudah seharusnya, seluruh anak negeri ini mencintai  batik, dan memakai batik untuk berbagai acara, baik resmi maupun tidak resmi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri, telah memberikan contoh pada rakyatnya agar mencintai batik. Kepala negera lebih suka menggunakan baju batik.

Menurut SBY, batik sebagai sebuah kebanggaan bangsa dimana meskipun batik  ditemukan di banyak negara namun batik tetap melekat sebagai seni budaya Indonesia.

"Mari letakkan batik dalam dimensi yang lengkap, meliputi aspek ekonomi, budaya, lingkungan dan diplomasi," kata SBY membanggakan batik sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia.

    
Budaya Indonesia

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama, dan masih dipelihara sampai sekarang.

Berbagai literatur menyebutkan, perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.

Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.

Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Sedangkan Batik Cirebon bermotif mahluk laut.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh mantan Presiden Indonesia Suharto,  yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.

Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda). Selain itu, juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.

Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.

Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain.

Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda.

Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Menurut jenisnya, batik dibagi tiga yakni tulis, cap dan lukis. Batik tulis yaitu kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

Kemudian batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Bangsa ini patut bangga dengan banyaknya warisan  budaya yang memiliki keindahan dan disukai banyak orang. Sebagai  penerima warisan, seluruh rakyat tentunya memiliki kewajiban untuk melestarikannya, jangan sampai "amanat" itu punah. 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011