Pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran, Ardini Raksanagara menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok karena tidak ada proses pembakaran dalam penggunaannya, berbanding terbalik dengan rokok.  

"Jadi ketika rokok dibakar, maka menghasilkan TAR, yang terdiri dari banyak zat kimia berbahaya yang berpengaruh terhadap sistem tubuh manusia," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu.

Bukti bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok salah satunya sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP). 

Dalam kajian dengan judul "Pengurangan Bahaya Tembakau dan Studi Potensi Genotosik melalui Perhitungan Frekuensi Mikronukleus pada Apusan Sel Mukosa Bukal". Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 145,1. Sedangkan, pengguna produk tembakau alternatif dan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 76-85.

Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel akibat paparan terhadap senyawa toksik yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut. Hasil riset memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah inti sel kecil pada pengguna produk tembakau alternatif dengan non-perokok dan dua kali lebih rendah daripada perokok aktif. 

"Itu sudah dibuktikan dari studi klinis yang dilakukan YPKP dari lapisan mukosa pada mulut. Makanya saya heran jika ada yang berpendapat kalau produk tembakau alternatif yang melalui proses pemanasan ini lebih berbahaya daripada rokok," tegas Ardini.
 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021