Handayani (24), Gadis tunadaksa asal Temuputih RT 04/RW02 Kelurahan Ciwaduk, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Banten, sukses mewujudkan cita-cita nya menjadi seorang guru. Lulusan Fakultas Ilmu Keguruan dan  Pendidikan (FKIP) Untirta, jurusan pendidikan khusus yang lulus tahun 2020 ini, bahkan sudah mengajar dan menjadi guru tetap sejak 2019 di salah satu Sekolah khusus milik yayasan Al Kautsar di Kota Cilegon.

Lahir dari keluarga tidak mampu serta dengan keterbatasan fisik dan motorik yang dimilikinya, tak menyurutkan gadis piatu ini mewujudkan cita-cita nya untuk kemajuan kaum disabilitas.

Baca juga: Anisa bocah yatim piatu idap kelumpuhan di Cilegon butuh uluran tangan

Hal itu dibuktikannya dengan menjadi guru tetap di Skh Al Kautsar sejak Agustus lalu. Ia yang ditemui di rumahnya pada Sabtu (8/5), meski saat ini hanya melaksanakan pengajaran secara daring, bahkan mengaku sudah menjadi guru kelas untuk siswa disabilitas SMP dan SMA dengan kekhususan tunagrahita atau dengan keterbatasan down syndrome dan hambatan intelegensi.

Keyakinannya menjadi seorang guru lantaran ia merasa harus berkontribusi agar kaum disabilitas bisa maju secara pendidikan sehingga kaum disabilitas tidak lagi diremehkan dan dipandang sebelah mata.

"Saya pingin kaum disabilitas itu juga memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Makanya saya ingin menjadi guru, karena Ilmu itu bukan buat sendiri dan harus dibagi. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak pendidikan yang sama sesuai dengan kebutuhan agar bisa sama-sama berkembang," kakatanya.
Handayani, Gadis tunadaksa yang menjadi seorang guru saat membaca buku di teras rumah nya. (Susmiatun- Hayati)


Lebih jauh ia juga bercerita, kehidupannya sebagai seorang disabilitas yang harus bisa mandiri agar tidak diremehkan. Sebelum menjadi guru, kader di lingkungan nya sudah berkali-kali meminta pengajuan bantuan tongkat maupun kursi roda, tapi apa mau dikata, pengajuan bantuan tidak pernah direspon pemerintah daerah.

"Intinya kita harus mandiri. Bisa maju dengan kemampuan yang kita miliki ini. Dulu saya sangat berharap dapat bantuan tongkat atau kursi roda tapi itu saya dapatkan dari hadiah lomba SD, terus dari teman kuliah karena pengajuan bantuan tidak pernah direspon. Harapan saya sih semoga nanti pemerintah bisa lebih tanggap merespon pengajuan bantuan untuk kaum disabilitas karena siapa tau memang butuh yah," jelasnya.

Hal itu juga diakui Rosaeni kader Temuputih yang sempat mengajukan bantuan kursi roda untuk sang guru disabilitas. 

"Iya jadi dulu pernah saya ajukan berkali-kali ke dinsos tapi tidak pernah ada respon. Sampai ahirnya dua kali dapat kursi roda itu ya dari hasil lomba dan bantuan dari teman kuliah nya saja, jadi yang terahir saya enggak ngajuin lagi," Papar Ros, usai mendampingi penyaluran bantuan sembako oleh mantan Kapolsek Cilegon di rumah Handayani.

Meski tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah, Handayani tak pernah berkeberatan diundang menghadiri pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Cilegon beberapa waktu lalu.

"Kemarin sempat diundang khusus menyaksikan pelantikan walikota dan wakil walikota Cilegon. Semoga kedepan ada perhatian untuk kaum disabilitas," harap nya.

Sementara itu mantan Kapolsek Cilegon Kompol Jajang Mulyaman yang kini berdinas di Polda Banten, berharap kaumkaum disabilitas di Cilegon bisa terus percaya diri. Sehingga bisa banyak lagi anak disabilitas di Kota Cilegon yang berhasil dengan cita-citanya. 

"Disetiap kunjungan saya dalam penyaluran bantuan rutin saya selalu sampaikan motivasi kepada Handayani dan anak disabilitas lainnya di Kota Cilegon. Bahkan saya selalu minta waktu untuk bisa mengajar langsung di Skh tempat Handayani bekerja," katanya.


 

Pewarta: Susmiatun Hayati

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021