Serang (ANTARABanten)- Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengajak seluruh masyarakat di wilayahnya untuk menguatkan kebersamaan meskipun berbeda suku, ras dan golongan serta memperat kerukunan antarumat beragama.


"Perbedaan suku agama dan golongan bukan menjadi halangan untuk bersama-sama membangun Banten yang kita cintai. Sebab kata peribahasa, di mana tanah dipijak, disitu langit dijunjung," kata Ratu Atut Chosiyah saat menghadiri 'Gebyar Seni dan Budaya komunitas Tionghoa di Kampung Sewan Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Minggu.

Ia mengatakan, seluruh elemen masyarat yang datang dari berbagai daerah di Indonesia ke Provinsi Banten dan memiliki identitas atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) Banten, merupakan warga Banten meskipun berbeda golongan etnis, suku bangsa dan agama.

Dengan demikian, seluruh masyarakat Banten yang beraneka ragam tersebut memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerukunan beragama dan memelihara kebersamaan demi terwujudnya berbagai sektor pembangunan di Banten.

"Banten dengan segala potensi yang dimiliki merupakan gambaran kecil dari negara Indonesia yang beraneka ragam budaya suku bangsa dan agama. Untuk itu perlu kita jaga bersama agar tercipta ketentraman," kata Ratu Atut dihadapan ratusan warga Tionghoa yang lebih dikenal dengan sebutan warga 'China Benteng' tersebut.

Atut mengatakan, selama 11 tahun provinsi Bangten berdiri, kerukunan dan ketentraman antarumat beragama maupun intern umat beragama sudah tejalin dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari peran semua komponen masyarakat, pemerintah, aparat keamanan dan kesadaran dari warga untuk menerima perbedaan tersebut.

"Saya bangga dengan masyarakat Banten yang beraneka ragam namun mampu menjaga toleransi dengan baik. Ini semua karena peran dan dukungan seluruh warga," kata Ratu Atut Chosiyah.

Namun demikian, kata dia, ketentraman dan kerukunan antar umat beragama yang selama  ini sudah terbangun dengan baik di Banten, sedikit tercoreng dengan insiden bentrokan yang terjadi di Kecamatan Cikeusik Pandeglang, Minggu 6 Pebruari 2011 lalu.

Peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga bagi seluruh komponen masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan orang-orang atau kelompok tertentu yang akan menganggu keamanan dan ketentraman.

"Saya berharap perisitiwa serupa jangan sampai terulang. Ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua agar ke depan jangan  terulang kembali," kata Ratu Atut Chosiyah.

Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga berharap agar permasalahan yang dihadapi masyarakat China Benteng dengan Pemkot Tangerang terkait dengan permukiman warga yang berada di bantaran sungai Cisadane, agar segera dicarikan jalan keluar atau solusi terbaik yang bisa diterima semua pihak dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Sementara itu Ketua Forum Masyarakat Kampung China Benteng Edi Lim dalam sambutannya mengatakan, ia bersama seluruh masyarkat keturunan Tionghoa menyampaikan terimakasih atas dukungan moril yang disampaikan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah khususnya terkait dengan masalah yang selama ini dihadapi warga terkait dengan keberadaan permukiman warga di sempadan sungai Cisadane tersebut.

Ia berharap agar segera ada jalan yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan warganya dengan Pemkot Tangerang.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah meninjau secara langsung kondisi permukiman warga yang berada di sempadan sungai Cisadane, tempat belajar masyarakat yang memiliki keterbelakangan mental  serta memberikan bantuan atau hibah untuk masyarakat, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011