Pendapatan pedagang singkong atau ubi kayu di Pasar Rangkasbitung Kabupaten Lebak meningkat hingga dua kali menyusul tingginya permintaan konsumen terhadap ubi kayu.

"Biasanya terjual hanya sebanyak dua ton, namun kini bisa mencapai empat ton dengan harga Rp3.000 per kilogram. Jika empat ton terjual habis maka pendapatan bisa mencapai Rp12 juta per hari, sebelumnya sekitar Rp6 juta per hari," kata Akmad (55), seorang pedagang singkong di Pasar Rangkasbitung Kabupaten Lebak,Minggu.

Menurut Akhmad, tingginya permintaan ubi kayu karena merupakan  makanan alternatif menu makanan keluarga dari ketergantungan nasi, terlebih ubi kayu memiliki kandungan zat karbohidrat cukup tinggi.

Baca juga: Kembali BPBD Lebak petakan 14 kecamatan rawan longsor
Baca juga: Satgas COVID-19 Lebak apresiasi semua penumpang KA pakai masker

Selain itu, karena saat ini musim penghujan di mana singkong banyak dijadikan penganan keluarga, seperti ketimus, getuk, combro, misro, singkong goreng, rebus, bahan campuran bolu dan lainnya.

Permintaan juga meningkat dari pelanggan tetap para perajin Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk produksi keripik singkong, tapai singkong dan kue balok meningkat.

Heri (45) seorang pedagang singkong mengaku bahwa dirinya sejak musim hujan permintaan konsumen meningkat sehingga berdampak terhadap pendapatan. Biasanya, dirinya berjualan singkong sebanyak satu ton dan kini habis dua ton per hari.

Dengan demikian, pihaknya bisa membawa uang ke rumah Rp6 juta dari sebelumnya Rp3 juta/hari.

"Kami mendatangkan singkong itu dari petani lokal dengan harga Rp2.000/Kg dan dijual Rp3.000/Kg," katanya menjelaskan.

Ayub (55), seorang petani Kecamatan Maja Kabupaten Lebak mengatakan di tengah pandemi COVID-19 kini bisa meraup keuntungan Rp30 juta/hektare dengan produksi rata-rata 15 ton/hektare dengan harga Rp2.000/kilogram.

Produksi singkong di wilayahnya kini menjadi andalan ekonomi petani, karena ribuan hektare tanah milik BUMN, TNI dan perusahaan pengembang di Kecamatan Maja dan Curugbitung digarap masyarakat setempat.

Produksi singkong itu hingga dipanen selama 10 bulan dan kebanyakan petani mengembangkan ubi kayu jenis roti dan mentega.

"Kami saat ini panen singkong ditampung tengkulak dan dipasok ke Pasar Rangkasbitung dan Tangerang," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan produksi singkong yang dikembangkan di 28 kecamatan dapat memproduksi rata-rata mencapai 45.230 ton dari luas tanam 2.539 hektare di areal lahan darat.

"Kami mendorong petani agar terus memperluas pertanian singkong karena permintaan pasar cenderung meningkat," katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021