Dalam rangka mendukung pengembangan potensi pangan lokal di daerah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), melalaui Pusat Teknologi Agroindustri (PTA), menyerahkan bantuan paket alat teknologi ekstruder, atau mesin pengolah pangan, yang diberikan kepada Pemkab Pandeglang untuk masyarakat, penyerahan dilaksanakan di Desa Palanyar, Kecamatan Cipeucang, Selasa.

Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) merupakan salah satu unit kerja di Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang telah menciptakan inovasi teknologi pengolahan pangan lokal dengan menggunakan teknologi ekstrusi dingin yang telah dipatenkan, yaitu mesin ekstruder serta teknologi formulasi produk pangannya. 

Keunggulan teknologi ekstrusi dingin antara lain, peralatannya relatif sederhana, konsumsi energi kecil, proses produksi sederhana dan cepat serta aneka produk pangan dapat dibuat hanya menggunakan satu mesin saja yaitu mesin ekstruder. 

Menggunakan mesin ekstruder, berbagai bahan pangan lokal dapat diolah menjadi produk-produk pasta seperti mi, beras ataupun makaroni dengan berbagai variasi bahan baku, kondisi proses ataupun cetakan (die).

Direktur Pusat Teknologi Agro industri, PTA , BPPT, Arief Arianto mengatakan, selain membantu mengembangkan pangan lokal, kegiatan ini juga sekaligus sebagai upaya BPPT memberikan alternatif pemberdayaan kepada masyarakat jika suatu saat terdampak tsunami, lantaran Kabupaten Pandeglang merupakan daerah rawan bencana alam seperti Tsunami.

“Kami dari pusat teknologi agro industri memberikan bantuan, memberikan alternatif pemberdayaan kepada masyarakat jika suatu saat terdampak tsunami, mendapatkan alternatif mata pencarian yang lain. Ada suatu teknologi yang kami transfer disini adalah bagaimana membuat beras dari sumber daya lokal, dan membuat mi dari sumber daya lokal. Sumber daya lokal yang ada dikabupaten Pandeglang adalah talas beneng. Teknologi untuk pembuatan mi yang berasal dri pangan lokal kita sebut sebagai ekstrusi, mempergunakan alat ekstruder,” katanya.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini juga diisi dengan sosialiasi program Ina-TEWS. 

BPPT menyiapkan teknologi alat deteksi dini tsunami sebagai upaya mengurangi kerugian material dan jiwa. Melalui program Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) atau Sistem Peringatan Dini Tsunami ini, bangsa Indonesia diharapkan dapat lebih tangguh dalam menghadapi bencana tsunami.

Melalui Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR), BPPT merancang empat program yaitu BOUY, Ina-CBT, Advance-CBT, dan Tomografi. Tahun 2019 BPPT telah memasang 4 buah BOUY, yang berada di selatan Bali, selatan Banyuwangi, di selatan Yogyakarta atau Cilacap, dan di selatan Selat Sunda serta 2 Ina-CBT di laut bagian selatan Pulau Jawa. 

Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya mitigasi sekaligus reduksi risiko bencana.

Arief menerangkan, Semua usaha ini keberhasilannya tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang peduli akan tsunami, saling menjaga lingkungan termasuk teknologi InaTEWS agar berfungsi sebagaimana mestinya, serta menjaga dari resiko pengrusakan. 

Salah satu apresiasi atas peran serta masyarakat tersebut, maka diadakan Program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kebencanaan dan Sosialisasi Masyarakat Peduli Tsunami.

“Ina-TEWS adalah program indonesia untuk mengatasi tsunami, kenapa kami sampai datang ke Pandeglang, karena pandeglang punya garis pantai yang cukup luas, yang punya potensi kemungkinan terdampak tsunami dan kami berfikir bagaimana mengamankan. Tsunami itu tidak bisa dihindari akan ada setiap saat, tapi bagaimana kita bersahabat dengan tsunami, bagaimana kita mengenal karakter tsunami, dan bagiaman kita mengantsipasinya,” ujarnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, (Ketapang) Kabupaten Pandeglang, M Amri menyambut baik program dari BPPT ini. Menurutnya, Pandeglang memliki ragam produk pangan lokal, namun selama ini terkendala dengan pengolahan. 

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan pangan lokal, khsusunya talas beneng yang tengah populer ini bisa diolah menjadi berbagai jenis olahan makanan.

“Memang ini yang kita harapkan, kita sudah ada potensi, terutama yang sedang in tentang talas beneng, bagaimana caranya kita dari beneng itu kita olah, dengan memakai teknologi bantuan dari BPPT ini, intinya bahwa program BPPT ini sangat bermanfaat sekali. Bisa dijadikan ada makroni beneng, mie beneng, ini berkat alat teknologi yang diserahkan BPPT ke Kabupaten Pandeglang,” ungkapnya.

Diketahui, PTA-TAB BPPT menggandeng Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang serta dinas terkait lainnya untuk melakukan Program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kebencanaan dan Sosialisasi Masyarakat Peduli Tsunami, yaitu Penerapan Teknologi Ekstrusi Pengolahan Pangan Berbasis Bahan Lokal Terfortifikasi Untuk Menjaga Imunitas Tubuh di UKM Bumi Pangan Lokal Desa Palanyar Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang.

Kegiatan ini dimulai pada tanggal 23 Nopember 2020 dengan pemberian hibah satu paket peralatan produksi teknologi ekstrusi untuk pengolahan pangan berbasis bahan baku lokal serta pada tanggal 24-25 Nopember 2020, selama dua hari dilakukan pelatihan pembuatan Beras Arben (beras aren-talas beneng), pembuatan Mi Beneng, dan produk lainnya. Talas beneng memiliki potensi yang cukup besar untuk diangkat sebagai kearifan lokal bahan pangan subtitusi beras dan tepung terigu.(Adv)
Direktur PTA BPPT (kanan) secara resmi menyerahkan bantuan hibah alat teknologi pengolahan pangan ekstrusi kepada Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kab. Pandeglang M. Amri (kiri). Senin, (23/112020). ANTARA/Rangga Eka Putra.

Pewarta: Rangga Eka Putra

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020